Jumat, 30 Desember 2011

Seandainya Aku Menjadi Anggota DPD RI


            Menjadi anggota DPD RI? Siapa takut? Hanya saja perlu tahu dulu, jadi anggota DPD RI mau ngapain aja? Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka kenalan. DPD singkatan dari Dewan Perwakilan Daerah, lebih lengkapnya lagi DPD adalah lembaga tinggi  negera yang anggotanya merupakan perwakilan tiap provinsi yang dipilih melalui pemilu, by the way, seharusnya Dewan Perwakilan Provinsi ya kan? #usul ^_^.
            Jikalah begitu, para anggota DPD RI yang terhormat mewakili, sekitar 12.985.075 jiwa penduduk Sumut (berdasarkan Sensus Penduduk 2010) ini. Sungguh tugas yang tidak mudah, 4 anggota DPD RI mewakili aspirasi hamper 13 juta rakyat Sumut. Maka, tidak ada alasanku untuk tidak serius menjadi anggota DPD RI, tapi apa yang harus aku lakukan seandainya aku jadi anggota DPD RI ? :hammer:
Adanya DPD RI dibentuk berfungsi legislasi, pertimbangan dan pengawasan. Supaya tidak makan gaji buta, maka tugas dan wewenang aku jika menjadi anggota DPD RI adalah mengajukan usul, tentunya ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan dengan bidang legislasi tertentu, selain itu melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang , setelah diawasi, anggota DPD menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR untuk dijadikan bahan pertimbangan agar segera ditindak lanjuti. Sederhana ya tugasnya, namun tentu dalam pelaksanaannya tidak semudah membalikkan telapak tangan, bisa buat makan tak enak, dan tidur pun tak nyenyak, 12 juta rakyat gitu loh.
Nah, sebelum berlanjut ke Andai Aku Menjadi, Aku harus kenal dulu dong sama anggota DPD RI untuk provinsi Sumatera Utara, Rudolf M. Pardede, Parlindungan Purba, Rahmat Shah, dan Darmayanti Lubis. Beberapa diantaranya aku kenal, seperti Pak Parlindungan Purba, dibeberapa even peluncuran buku, dia sering menyempatkan waktu untuk datang, Pak Rahmat Shah, wah, aku pernah berkunjung ke galerinya tempat hewan langka yang ia awetkan, seorang pecinta lingkungan hidup, dua diantaranya aku tidak begitu familiar. Yah, next lebih down to earth  lagi ke kita-kita ya pak buk =).

Pemuda, Pengusaha Muda dan Politik
            Sebenarnya berbicara andai-andai, kembali harus menilik dunia nyata, berandai-andai membawa something impossible, tapi harus optimis. Honestly, DPD RI? Mendengarkannya saja asing, sekaliber pemuda seperti saya yang konon alergi dunia politik, malah makin asing lagi. Maka, saya mewakili yang muda hadir berpartisipasi dalam even ini.
Salahsatu perangkat kelengkapan DPD RI adalah komite, ada 4 komite yang membidangi berbagai aspek kehidupan, diantaranya Komite III membidangi pendidikan; agama; kebudayaan; kesehatan; pariwisata; pemuda dan olahraga; kesejahteraan sosial; pemberdayaan perempuan dan ketenagakerjaan.
Hampir 30 persen penduduk Indonesia adalah remaja, otomatis juga penduduk di provinsi memiliki usia remaja yang tidak sedikit. Pemuda asset bangsa, jika aku menjadi anggota DPD RI pertama kali yang dirangkul adalah pemudanya. Mendata pemuda yang  kurang mampu tapi brilian secara pemikiran, kemudian dibiayai pendidikannya. Selain itu, negeri ini minus ilmuwan, dari tiap-tiap daerahlah pemuda yang memiliki bibit jadi ilmuwan ditumbuh kembangkan, hidupkan lagi semangat keilmuwan itu. Dan juga Ir. Ciputra—seorang pengusaha terkenal Indonesia mengatakan Indonesia hanya butuh 4 juta pengusaha baru, agar negeri bisa meminimalisir masalah kemiskinan dan penganggurannyaHitung-hitungannya jika dari 4 juta pengusaha masing-masing membutuhkan 10 tenaga kerja saja, berarti akan ada 40 juta orang yang dipekerjakan. Semoga, Bangkit Indonesiaku!

#Tulisan ini diikutsertkan dalam Lomba Blog dan Twit 'Andai Saya Menjadi Anggota DPD RI -----> link http://lomba.dpd.go.id/?s=104


Rabu, 28 Desember 2011

Halaman Terakhir 9 Summers 10 Autumns


This is a little story about my mom
          Malam itu, sehabis ayahku pulang kerja, pulang dari angkotnya, something happened. Ia capek dan mungkin putus asa karena tidak mendapatkan uang cukup hari itu. Mungkin juga karena anaknya yang lain, angkot tuanya, harus masuk bengkel lagi setengah hari. Sementara kebutuhan minggu itu sudah menumpuk. Kami harus makan, bayar listrik, dan uang sekolah. Bapak melemparkan emosinya ke Ibu. Ini bukan pertama kalinya mereka beradu pendapat, tapi malam itu things were so bad. Aku di kamar bersama saudara-saudaraku. Menutup pintunya rapat-rapat, diam. Tegang. Setelah seperempat jam kemudian ketika tak kudengar adu mulut lagi, aku keluar kamar. Kudapati Ibu duduk di lantai, di pojok dapur, tersedu. She held me tight. Dia kemudian mengajakku berjalan keluar rumah. Kami diam sepanjang jalan. Aku tak tahu harus berbuat apa.
          Melihat air mata Ibu jatuh saat itu, I told my self, I will not let this happen again. I wan to make her a happy mother, a very happy mother. I want to do something for my family. I love them so much. Dari sinilah aku mulai melihat hidup ini tak hijau lagi.
          Kenangan ini, meskipun perih, telah menyelamatkan hidupku.
          Aku tak bisa memilih masa kecilku.
#Dearest my reader, Sepenggal cerita ini ada di halaman 210 dari novel 9 Summers 10 Autumns, a must read novel. Inti dari novel ini menyentakku di halaman terakhirnya ini, membaca kisah titik baliknya pada halaman terakhir, seperti menghentikan titik waktu dimana aku berdiri# Semoga menginspirasi! ^_^

Selasa, 27 Desember 2011

Event WR PUBLISHING 2012: AUDISI BUKU "HANGAT DEKAPAN CINTA IBU"

Deadline: 22 Februari 2012 

Syarat dan Ketentuan:

  1. Terbuka untuk  umum dan anggota Writing Revolution.
  2. Tema: "HANGAT DEKAPAN CINTA IBU". 
  3. Merupakan kisah nyata yang ditulis dengan gaya bercerita (narasi) yang mengalir dan indah (boleh memasukan dialog). Berisi tentang kerinduan kenangan-kenangan indah bersama ibu, momentum paling berkesan, dan hangatnya kasih sayangnya.
  4. Setiap peserta hanya boleh mengikutkan 1 tulisan.
  5. Panjang tulisan dengan judul maksimal 750 kata atau 3 halaman spasi 2 (ganda), jenis huruf Times New Roman ukuran 12. 
  6.  Tulis biodata di bagian akhir tulisan maksimal 100 kata.
  7. Tulisan dikirim dalam LAMPIRKAN FILE (Attach File) ke email: Antologi_WR@yahoo.co.id
  8. Tulis di judul email: Event WR Publishing: JUDUL TULISAN-Nama Penulis.
  9. Sebarkan informasi ini sebanyak-banyaknya di FB dan Blog kamu.
  10.  Koordinator: Rurin Kurniati.


Penghargaan:
  • Lima tulisan terpilih mendapatkan beasiswa SMCO (Sekolah Menulis Cerpen Online) Writing Revolution
  • 50 tulisan terpilih akan dibukukan yang diterbitkan oleh WR Publishing yang akan dipasarkan ke toko buku besar di seluruh Indonesia.
  • 50% royalti buku ini untuk para penulis, 40% akan disumbangkan kepada para wanita lansia di sejumlah panti jompo, sedangkan 10% lainnya untuk beasiswa menulis di Writing Revolution. Laporan penjualan buku akan diumumkan secara transfaran.

Sponsor
  • Sponsor  event  ini adalah: Sekolah Menulis Cerpen Online (SMCO).
Info SMCO lebih lengkap silakan klik: http://menulisdahsyat.blogspot.com/2011/03/sekolah-menulis-cerpen-online-smco.html

Senin, 26 Desember 2011

The Mouse Hunter

Cerita lucu disela2 ngerjain LPJ, dan itu terjadi di Hari Rabu malam Kamis 14 Des 2011, kenapa cerita lucu selalu terjadi pas malam Rabu ya? hihihihih =D

'Luulll' teriak nenekku #biasanya nenek klo teriak manggil namaku ada byk tafsirnya, bisa jadi aku lupa nutup jendela, lupa angkat kain, dan asiknya klo namanku dipanggil nenek, ada makanan yg mau dia bagi padaku, tp panggilannya mlm ini jauhh dari tafsir biasanya. Ternyata dia manggil aku buat bantu membunuh tikus. Gubrak!
Langsung saja smw pintu dari segala penjuru di tutup, pintu yg menuju ke dapur di tutup, pintu yg dekat kamarku menuju ke garasi juga di tutup, pintu neraka aja yg blm ditutup hihihihi #dah macam pilem mandarin Hakim Bao =D.

Hokeh smw akses sudah ditutup. Malam ini nenek adalah pemimpin operasi pembantaian tikus, dengan hanya berbalut sarung #macam mau mandi si nenek ku tengok, lalu ia memegang tombak, jangan dikau kira dia memegang tombak yg macam2 di pilem2 tu, tombak yg dia pakai adalah besi horden jendela yg dah gk kepakai lagi, jadilah tadi si nenek menyodok2 balik lemari, karena tikusnya ngumpet disana, sedangkan aku mati ketakutan, bergidik ngeri diatas kursi yang aku panjat #hahahaha, perasaan cuma satu tikus besar sekepalan tangan Ade Rai, hitam pulak, apa gak macam monster ku tengok tikus itu ya kan?. Disodok2 tu belakang lemari, eh yg keluar malah tongkat nenek buyutku, bola bekel, kacamata utk nonton film 3D, si tikus mah kagak keluar2, 10 menit kemudian dia keluar dari balik lemari, dia bingung, dia panik, dia galau, lalu dia nyempil lagi di balik lemari dekat kamar mandi, disodok2 sama nenek lagi. Dia pun keluar, bingung mau lari kemana, dia lari ke hutan lalu teriakku, dia lari ke pantai #knp jd berasa puisi dian sastro ya? HAHAHA. 
Aku dah pasrah aja, tp nenek ttp berambisi gimana si tikus ini MATI #horor banget ya. Nenek gk ada takutnya, sedangkan aku tiap kali si tikus keluar dari persembunyianya, aku loncat2 setengah mati, bukan kegirangan, tp geli bin ngeri. Yg bikin keselnya adalah para kucing periaan udah dari detik2 pertama perburuan, mereka sudah dibukakan pintu untuk masuk ke rumah #mereka kira mau dikasih makan lagi, padahal magrib td mereka dah dikasih makan ma nenek, tp dasar binatang mah cuek aja, mereka pun masuk rumah bergerilya, NGEONG…NGEONG…, betapa bahagianya jika kucing periaan mau diajak konspirasi utk membantu membunuh tikus, eh ini malah cuek, tikus itu keluar dari persembunyiannya dan melewati para kucing, tp mereka cuek beibeh…Nenekku murka. PERCUMA JA DIKASIH MAKAN TAPI NANGKAP TIKUS AJA GAK BISA!!! HEH! #emang kucing ngerti dimarahin? =D.

Akhirnya dengan segala daya dan upaya, aku dan nenekku kejar2an sama tikus, nenek pegang tombak besi tempat sangkutan horden, begitu juga aku, hanya saja punyaku lebih panjang dari punya nenek, #ntah macam apapun kami malam ini, sailormoon bukan, saras 008 juga bukan, cherry belle apalagi =D. Saat tikus lewat ke arahku, aku panik, tikus terus berlari ke arahku, aku nafsu pengen matiin tu tikus, tapi aku malah mukulin besi dengan tidak terarah, aku loncat2 geli bin ketakutan. Tikus nyempil lagi di lemari pertama yg banyak sampahnya =D #pada intinya adanya tikus di rumah, itu pertanda kita kudu rajin bersihin rumah kita, gan #nasihatin diri sendiri.
Persoal sodok menyodok nenek paling semangat, bolak balik sarungnya lepas, lalu dia benerin lagi, lepas lagi dia benerin lagi, tapi dia tetap semangat, nenek keringatan, aku usap keringatnya, nenek haus, aku kasih minum #hihihihih dua adegan terakhir gak ada di naskah HAHAHAHAHAHA.

Terakhir, si Ido keluar dari pertapaannya, Ido adalah adikku yg buadannya paling guedee di rumah, dialah senjata kami satu2nya. Dia masuk ke arena perang, dia pegang tombak kayu yg lebih kokoh, nenek masih serius menyodok tikus dari balik lemari, 10 menit kemudian si tikus keluar, lalu Ido berubah jadi Hulk, pukulan pertama tidak kenak, pukulan ke dua tepat di kepala tikus, tikus geger otak daaannn…daaannn…tikus MATI saudara-saudara.

Yah, tikus yang malang. Ini malam, malam pembantaian, cukup sekian. Rest in Peace.

Minggu, 25 Desember 2011

Perut yang BaikBudi


Perut, aku tau bener gimana perutku #yealah, namanya juga perut sendiri. Jadi, segala sesuatu bermula dari apa yang masuk ke dalam perut kita. Masih ingat dengan istilah you are, what you eat –kamu adalah apa yang kamu makan.  Ya, kita adalah apa yang kita makan, jika apa yang masuk dalam perut kita sesuatu yang halal, bergizi lagi baik, insyallah, perilaku kita pun tidak jauh-jauh dari apa yang kita makan, begitu juga sebaliknya.
Jadi, di Jum’at berkah nan tralalala itu, nakal dan rakusku lagi kumat. Jajan. Tidak ada larangan dalam berjajan ria, sekarang yang dilarang adalah barang apa yang jadi jajanan kita. Padahal pagi itu, sebelum pergi ke sekolah untuk mengawasi anak-anak ujian semester, aku sarapan. Dan biasanya pada jam-jam 10, perutku yang elegan dan minimalis ini minta diisi, akhirnya daku minta tolong ke anak-anak belikan Miss-nya tempe goring di kantin. Eh, ternyata tempe favoritku stoknya kosong. Oke. Perutku pun sabar. Tak lama, mataku bertemu dengan coki-coki, itu loh coklat pasta yang dikemas dalam plastic ramping nan panjang. Hadeeehh…itu cemilan akuuu banget, tak kuaseee aku menolaknyeee…terbeli juga lah 4 coki-coki sekaligus.
Disela-sela menikmati coki-coki, muridku yang lagi remedial bawa jajanan bakso yang disate, tapi kurasa bukan bakso seutuhnya, tepung goreng rasa bakso lalu disirami kuah saos yang puedaasssnya aku gak tahan #orang padang tapi lidah sunda hihihhihi. Tapi, aku seleraaaa #gak pake ngences ngences. Akhirnya aku minta tolong sama muridku untuk membelikanku bakso yang serupa, Rp.1000 dapat dua tusuk bakso bersimbah kuah saos cabe.  Saatnya menikmati. Gigitan pertama. Gak enaaakkk. Rasa plastic. Sambalnya pedaasss. Huhuhuhuh T_T. Anehnya…dua tusuk bakso itu habis juga sama akuuuhhh. Hihihihi. Lapar apa doyan sih??? ^_^.
 
PESAN SPONSOR:
Kepada penjual jajanan pasar, please jualan dengan ikhlas dong, jgn nyakitin byk orang apalagi generasi muda. Masak demi keuntungan yg gak seberapa, masak gorengan, supaya rapuh gorengnya, ntu minyak dicelupin segenggam sedotan. Celakain orang banget kan? N merusak kesehatan generasi muda. Kebayang gak sih, banyak anak2 SD yg beli gorengannya tiap kali ia jualan. Semua anak pada makan plastik bukan makan gorengan. Masyaallah :(

Sebenarnya, aku mau minta maaf sama perutku yang sudah tidak tegas memilah milih makanan yang bakal masuk ke perut. Sebenarnya juga, aku dah feelingperutku bakal ngulah kalo masuk makanan yang beginian (cokicoki berkolaborasi dengan bakso aneh tralalal itu), tapi aku malah nyantai aja makannya tanpa rasa bersalah. Akhirnya…
Malam sabtu perutku demo, antara PMS dan sakit perut yang masuk angin susah dibedakan. Asli, aku gak bisa tidur. Miring sana. Miring sini. Gelisah. Huhuhuh perutku sakiiittt. T_T. Paginya, aku melakukan ritual em em. Dan…dear diare…menyapaku. Huwaaa…tobaatt.  Seharian sabtu pagi, aku lemas, lesu, lunglai, dan mesti masih harus ke sekolah pula. Siangnya, Emak nawarin makan rujak dekat sekolah itu juga. Jadilah, makan siangku diawali dengan makan rujak, lalu dibawa tidur siang, gara2 kekenyangan makan rujak dan lupa makan siang yang sesungguhnya.  Dear Diareku makin sempurna. Malam minggu, diareee…gak bangeettt.
Aku gak selera makan malam. Aku berusaha melupakan sakitku dengan menonton koleksi film yang ada di Bluser. Namun, aku gak bisa lupa. Aku pun gak kuat. Aku bangunkan nenek pukul 11 malam minta Entrostop, ternyata gak ada, aku pun disaranin minum teh pahit. Aku pun buat teh pahit, tiga bungkus teh celup, aku celupkan ke segelas air panas. Hitam. Kelat. Pahiiitttt L.
Aku paksa makan nasi walau sedikit, lalu aku minum teh pahit tadi, trus sambil banyak minum air putih hangat, trus obat cina, andalanku kalo diare, namanya bubuk Menara Lima. Bubuk ini dituang seujung sendok makan terus dicampur air hangat seukuran sendok makan juga. Ini obat juga pahit. #kenapa gak ada obat yang semanis aku (menatap cermin). Ritual itu yang aku lakukan di malam minggu yang tralala. Akhrinya jam 12 teng, pas labu berubah jadi Cinderella, aku baru bisa tidur. Minggu pagi, Alhamdulillah aku sedikit lebih baik. Hanya saja. Aku kedinginan, bahkan menjadi keringat dingin. Gak enaakk bangeett. T_T, menjelang siang aku sudah lebih baik.
Guys, aku tobat jajan sembarangan. Tobat diserang dear diare lagi T_T. Gakgakgakgakkuat #sevenicon. Mulai sekarang, jajan yang elegan aja dah. Koleksi cemilan sehat. Biskuit sehat, Beli rujak tanpa bumbu rujak #masih adilkah ini disebut makan rujak? Beli rujak tanpa bumbu??? Merusak tatanan kuliner indonesa saja. Beli Roti sehat. Makan cokicoki secukupnya jangan sampe overdosis =D.

♥ Bernafaskan Do'a ♥



“Hebatnya Allaah adalah menyatukan kata ‘individu’ dan ‘sosial’ dalam satu penciptaan, yaitu manusia. Setiap diri dibuat unik. Namun, tak mungkin hidup, hanya berbekal keunikan. Maka keunikan2 itu, di lahirkan di tengah-tengah keluarga.”
Apakah jadinya, jika seorang Adam hanya diciptakan sendirian..? Ia hidup sendiri. Menghadapi masalah sendiri. Ibadah sendiri. Mengenal Rabb-nya dengan bersendiri. Ia pula tiada memiliki tanggung jawab kecuali atas dirinya sendiri. Bayangkanlah ‘dia’, yang bersendiri itu, adalah kita. Tiada manusia lain yang diciptakan Allaah kecuali kita. Kitalah yang kala itu menjadi ‘individu’, yang hidup dengan memikirkan diri sendiri. Berjuang demi memenuhi kebutuhannya sendiri. Serta tiada yang akan membantu kita menyelesaikan pekerjaan lain yang tentu tidak akan terselesaikan dengan mengandalkan seorang manusia berkaki dua, bertangan dua dan dengan satu kepala. Karena kewajiban selalu lebih banyak dari waktu.

Kemarin-kemarin, ketika 30 November itu tiba. Setiap tahunnya, aku cuma mengingatnya seorang diri, dalam rangka lebih banyak memuhasabah-i diri. Mungkin yang ingat tanggal itu adalah lingkungan keluarga. Rekan kerja, yang kadang-kadang ingat, kadang-kadang lupa. Begitulah, lingkunganku, yang memang tidak menjadikan satu peristiwa bernama ’hari lahir’ adalah tradisi luar biasa, yang perlu dilestarikan. Karena sebenarnya, memang Rasuulullaah Muhammad, tidak mencontohkannya. Namun, ketika mereka mengingatnya, tentu ada perasaan senang dan bahagia, karena kita tentu merasa ada orang lain yang memperhatikan kita. Mmm.. merasa ada satu kekuatan tersendiri, mengetahui ada di sekitar kita, orang-orang yang meski tidak memberikan sesuatu yang bernilai secara materi, namun kita ketahui sedang mendo’akan kita, men-support gerak kita dan selalu siap, kala kita terpuruk untuk menitipkan sedikit beban kita di pundak mereka. Paling tidak, mereka mau mendengarkan curhat kita.

Namun, mari kita soroti satu hal, yang dilakukan orang-orang tercinta, tersayang, terdekat, atau minimal mereka-mereka yang mengenal kita dimanapun belahan bumi sedang mereka dan kita pijak saat ini. Ialah mendo’akan kita.
Itulah yang terasa berbeda sekitar dua tahun ini. Aku jadi memiliki lebih banyak kiriman do’a dari pada tahun-tahun sebelumnya. Entah mengapa, itu menjadi satu energi tersendiri yang men-charge kembali semangat yang mulai ’low’. Ketika secara sadar merasakan ’cinta-cinta’ yang hadir melalui posting-an2 di dinding akunku. Do’a.. do’a dan do’a saja yang terbaca. Terlafadz dari bibir hati dan lisanku, hanya Amiin.. Amiin dan Amiin. Hingga esok harinya, terasa ringan melangkah, bergerak lebih bebas, pikir lebih jernih dan semuanya terbantu dengan mengingat untaian do’a-do’a itu.


Teringat olehku satu kisah,
Tentang tiga sahabat yang berjilbab, mengenyam pendidikan di satu sekolah yang sama. Mereka bersahabat layaknya remaja pada biasanya. Kemana-mana selalu bersama. Singkat cerita, tibalah masa kelulusan. Dua dari mereka bersekolah di luar kota. Seorang lagi tetap tinggal di kota kelahiran mereka itu. Beberapa tahun kemudian, mereka membuat janji untuk berjumpa. Saat bertemu, betapa terkejutnya dua sahabat yang datang dari perantauan. Demi melihat kondisi sahabat mereka. Ia sudah tidak berjilbab dan penampilan yang tidak sebaik mereka. Namun, hal itu tidak mereka singgung. Mereka berdua bercerita tentang kesuksesan studi dan karir mereka. Tibalah masanya bagi sahabat mereka untuk bercerita. Tapi, bukan bercerita yang dilakukan oleh sahabat ini. Ia bertanya, ”Di tengah kesuksesan kalian. Adakah satu waktu, kalian mendo’akan aku..?”, yang ditanya saling berpandangan. Mereka tak sanggup menjawab, bahwa mereka tidak pernah mendo’akan. ”Aku disini sendiri, di tengah keterpurukanku, tiada lupa mendo’akan kalian.”
Terlepas dari penyebab keterpurukan sahabat tersebut. Tidakkah, do’a telah menjadi satu harapan yang luar biasa, dari sebuah hubungan..? Tidakkah do’a akan menyambung setiap hati yang berjauhan..? Tidakkah do’a adalah energi istimewa yang akan senantiasa menguatkan..?

Betapa, sekuat-kuatnya Samson.. dia perlu mencintai Delilah untuk bisa menghadirkan kekuatannya di kala sedang terbelenggu. Sehebat-hebatnya Fir’aun, ia perlu ’Asiah untuk melembutkan hatinya, meski tak sampai akhir hidupnya. Secerdas-cerdasnya seorang Habiebie, ia butuh seorang ’Ainun untuk tidak menangis. Seindah-indahnya seorang Fathimah, ia menjadi lengkap dengan kehadiran ’Ali. Sesukses-suksesnya seorang anak, ia disokong oleh pemeliharaan sang ibu hingga ia dewasa. Setiap hubungan di atas, tidak diragukan lagi, semuanya adalah hubungan yang bernafaskan do’a. Kekuatan yang tiba-tiba muncul dengan luar biasanya pada Samson, adalah hasil do’a Delilah. Melembutnya Fir’aun di sekelip waktu itu, adalah berkat do’a Asiah. Transfer do’a seorang ’Ainun di kala hidupnyalah yang sanggup meredam tangis seorang Habiebie. Serta do’a ’Ali dan seorang ibu-lah yang menambah keindahan seorang Fathimah dan melejitkan kesuksesan seorang anak.
Hanya berusaha mendo’akan siapa saja yang aku temui dalam perjalan kehidupan ini. Do’a untuk seseorang yang hampir menyerempet di jalan. Do’a bagi siapa saja yang merendahkan. Do’a bagi siapa saja yang melukai hati. Do’a bagi siapa saja yang kita cintai. Do’a bagi semua yang sempat bertatap mata atau sekedar mengenal nama. Karena kita tidak tahu, kapan dan dimana, seseorang membutuhkan do’a kita. Mungkin dia sedang tersesat, sedang kita tak melihat. Mungkin dia sedang bersedih, kala kita jauh. Mungkin dia sedang terpuruk, ketika kita sedang sibuk. Kita bahkan tidak tahu, kala kita berdo’a, mungkin itulah satu-satunya do’a yang menyelamatkan seseorang.
Izinkan ku ulangi, dengan sedikit berbeda,
“Hebatnya Allaah adalah menyatukan kata ‘individu’ dan ‘sosial’ dalam satu penciptaan, yaitu manusia. Setiap diri dibuat unik. Namun, tak mungkin hidup, hanya berbekal keunikan. Maka keunikan2 itu, di lahirkan di tengah-tengah semesta.”
Di tengah kebersamaan ini, bercita-cita.. bisa selalu mendo’akan, dimanapun dan kapanpun.

Dengan dido’akan, aku tak merasa sendiri.. Sendirikah kamu..? Biar aku do’akan..
~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

Jazakumullaah khair atas semua do’a dan kirimannya di hari berkurang tahunku

Afiani Gobel (Fiani Gee) always Powered by Pertemanan, Persahabatan dan Persaudaraan..

*Menjadi temanmu.. adalah indah.. Sangat..