Rabu, 28 Desember 2011

Halaman Terakhir 9 Summers 10 Autumns


This is a little story about my mom
          Malam itu, sehabis ayahku pulang kerja, pulang dari angkotnya, something happened. Ia capek dan mungkin putus asa karena tidak mendapatkan uang cukup hari itu. Mungkin juga karena anaknya yang lain, angkot tuanya, harus masuk bengkel lagi setengah hari. Sementara kebutuhan minggu itu sudah menumpuk. Kami harus makan, bayar listrik, dan uang sekolah. Bapak melemparkan emosinya ke Ibu. Ini bukan pertama kalinya mereka beradu pendapat, tapi malam itu things were so bad. Aku di kamar bersama saudara-saudaraku. Menutup pintunya rapat-rapat, diam. Tegang. Setelah seperempat jam kemudian ketika tak kudengar adu mulut lagi, aku keluar kamar. Kudapati Ibu duduk di lantai, di pojok dapur, tersedu. She held me tight. Dia kemudian mengajakku berjalan keluar rumah. Kami diam sepanjang jalan. Aku tak tahu harus berbuat apa.
          Melihat air mata Ibu jatuh saat itu, I told my self, I will not let this happen again. I wan to make her a happy mother, a very happy mother. I want to do something for my family. I love them so much. Dari sinilah aku mulai melihat hidup ini tak hijau lagi.
          Kenangan ini, meskipun perih, telah menyelamatkan hidupku.
          Aku tak bisa memilih masa kecilku.
#Dearest my reader, Sepenggal cerita ini ada di halaman 210 dari novel 9 Summers 10 Autumns, a must read novel. Inti dari novel ini menyentakku di halaman terakhirnya ini, membaca kisah titik baliknya pada halaman terakhir, seperti menghentikan titik waktu dimana aku berdiri# Semoga menginspirasi! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar