Sabtu, 27 Juni 2015

Tips Menabung Ala Prita Ghozie dan Ustadz Budi Ashari

Setahun lalu, aku pernah dilanda kepanikan luarbiasa, usia sudah memasuki usia untuk menikah, namun satu hal yang masih berantakan, mengelola keuangan, aku punya masalah dengan menabung, sulit sekali menabung, penyebabnya banyak, selain pemasukan yang gak tetap, tapi pengeluaran banyak yang tetap harus dikeluarkan, memang gak untuk diri sendiri semata diantaranya membantu keuangan orangtua. 

Aku sadar akan kelemahanku itu, maka 3 bulan sebelum nikah, aku banyak membeli buku, salahsatunya tentang mengelola keuangan, dan jatuhlah pilihan pada buku yang ditulis Prita Hapsari Ghozie, seorang financial planner , berjudul Menjadi Cantik, Gaya, dan Tetap Kaya terbitan Elex Media Komputindo. Uhuy, judulnya impian semua wanita banget yah. 


dok.pri

Selama ini kan buku yang membahas manajemen keuangan pribadi itu njlimetyah, bahkan jarang banget ditulis dengan bahasa sederhana, tapi buku yang ditulis Prita beda banget.

Ngobrolin menabung, pasti tujuannya gak jauh jauh dan simple, agar kaya, nah apa sih defenisi kaya? Dari buku yang cover-nya pink unyu unyu gitu, aku setuju dengan definisi kaya yang dijelaskan Prita di halaman 53,

Buat saya dan suami, 5 hal yang buat kami merasa memiliki hidup kaya adalah bila kami bisa mencukupi kebutuhan hidup tanpa kesulitan (rumah, pakaian dan makanan), bisa melihat anak anak tumbuh besar dan bahagia, bisa berlibur dan bersenang senang dengan keluarga, bisa melakukan pekerjaan yang kami sukai, dan paling penting diberi kemudahan untuk beribadah kepada Allah SWT.

Wuih adem bangetkan definisi kaya menurut Prita, dan aku setuju berat, defenisi tersebut juga pas dengan definisi karya di keluarga kecilku.

Nah, untuk mencapai dan mewujudkan definis kaya, Prita membocorkan konsep mengatur pendapatan rumah tangga kita dengan cantik, nama metodenya metode ZAPFIN, ( hlm. 64) 

Zakat, sebenarnya, zakat bukan berarti kita keluarkan pada saat bulan Ramadhan saja, tapi dalam tiap uang yang kita peroleh ada hak orang lain di dalamnya. Alokasi standarnya, 2,5 % dari pendapatan kita, kecil kan sebenarnya, tapi bila rutin dilakukan Subhanallah efeknya, harta menjadi berkah, jauh dari harta haram. InsyaAllah.

Assurance, melindungi keluarga untuk hal yang tak terduga. Pilihan asuransi sekarang banyak yah, bila bingung pilah pilih asuransi yang terbaik dan terpercaya, situs cermati.com bisa membantu. Tentang situs cermati.com, nanti kita bahas lebih lanjut. Untuk alokasi, Prita menjelaskan, minimal 5% untuk membangun dana darurat dan 5% untuk bayar premi asuransi.
Present Consumption, menyisihkan dana untuk kebutuhan sehari hari, nah ini sebaiknya tidak lebih dari 60%.

Future Spending, menabung untuk rencana rencana indah hidup keluarga kita beberapa tahun mendatang, apakah hendak berlibur bersama keluarga, atau membuka tabungan haji misalnya.

Investment, pasti dah tahu dong, apalagi kalau bukan investasi. Nah, untuk poin empat dan lima, kita bisa mengalokasikan dana untuk tabungan dan investasi sebesar 15%
            Sisanya tinggal 13,5 % lagi yah kalau gak salah hitung hihi. Sisa ini bisa untuk bayar cicilan hutang, sebaiknya alokasi untuk cicilan hutang jangan sampai lebih dari 30%, jika itu terjadi maka yang akan dikorbankan adalah dana present consumption, hiks, jangan sampai gak makan demi bayar hutang, dan kalau bisa jangan sampai terlibat hutang.

            Gimana cukup menginspirasi bukan? , lalu bagaimana pula tips menabung versi Ustadz Budi Ashari? Ustadz Budi Ashari adalah seorang parenting nabawiyah, dalam hal ini, aku ingin memaparkan, seharusnya bagaimana kita mempersiapkan harta untuk anak kita kelak? Siapa sih orangtua di dunia ini yang ingin anaknya hidup melarat sepeninggal orangtua, gak ada ya. Kalau bisa anak anak kita sejahtera dan hidup layak.

            Namun, di zaman serba konsumtif ini, aku sebagai calon orangtua, takut juga bila nanti anak anak hidup dalam kondisi memperebutkan harta orangtuanya, Naudzubillah ya Allah.  Banyak yah fenomena sekarang yang begitu, gegara harta, hubungan darah bisa terputus, padahal pada akhirnya harta gak dibawa mati, dan kasihan orangtuanya juga, kalau masih hidup pasti bakal stress, kalau sudah tiada, tentu akan sedih di alam baka sana melihat keturunannya serakah.

            Ustadz Budi menjelaskan bahwa, hal terpenting yang harus diingat dalam hitung hitungan detail biaya masa depan anak adalah jangan sampai kehilangan Allah. Sesungguhnya yang Maha Tahu tentang masa depan, tentu Allah SWT, kita hanya bisa merencanakan, Man purpose, God dispose. Kalau Allah tidak dilibatkan, maka akan hilang keberkahan, harta banyak yang kita siapkan tidak memberi kebaikan sama sekali untuk anak, tentu kita gak mau yah.

            Sebagai renungan, ada sebuah kisah dari dua khalifah yang sama sama memiliki 11 anak. Hisyam bin Abdul Malik dan Umar bin Abdul Aziz. Perbedaan keduanya, Hisyam meninggalkan jatah warisan bagi anak-anak lelakinya, 1 juta Dinar (sekarang 1 dinar berapa yak? *kalkulator mana kalkulator*

            Sedangkan anak Umar, hanya mendapat ½ Dinar, perbandingannya berkali kali lipat jauhnya yah. ckckc

            Nah, ternyata peninggalan Hisyam yang melimpah untuk anak-anaknya tidak membawa kebaikan, anak-anaknya malah hidup dalam keadaan miskin sepeninggal Hisyam, sedangkan anak-anak Umar, hidup dalam keadaan kaya.

            Dimana letak perbedaan keduanya?

            KEBERKAHAN, berkah adalah kebaikan yang bertambah tambah.

            Jadi, simpulannya, jika kita hendak meninggalkan jaminan masa depan untuk anak kita berupa tabungan atau asuransi, pastikan bahwa harta tersebut tidak diragukan kehalalannya.

            Untuk urusan masa depan, jangan mendahului Allah, dan hati hati bila kita terjebak dan bergantung pada harta.

            Nah, tidak semua orangtua seberuntung Hisyam, yang bisa meninggalkan 1 juta Dinar harta untuk anak anaknya, untuk orangtua yang hartanya belum cukup, yang menjamin masa depan anak anak adalah keshalihan para ayah dan keshalihan anak-anaknya. Dengan begitu Allah akan senang mengurus, menjaga dan menolong keluarga kita kelak. InsyaAllah.

            Sekilas Tentang Situs Cermati.Com
            Zaman sekarang tuh enak banget yah, salahsatunya kalau bingung memilih produk finansial ( perbankan, asuransi, telekomunikasi), eh ada Cermati, sebuah perusahaan start-up yang tumbuh dan fokus di bidang teknologi finansial. Bervisikan, menjadikan informasi finansial lebih mudah diakses, apalagi hampir semua orang pengguna smartphone aktif dan sudah mulai melek internet dan teknologi IT.

            Dengan memanfaatkan layanan Cermati, kita memungkinkan untuk melihat, menelaah, membaca dan membandingkan informasi produk finansial yang disediakan. Dengan begitu kita bisa membuat keputusan finansial yang cermat. 

            Kamis, 18 Juni 2015

            Dia Bukan Jodoh Kita, Sampai…


            Judul                 : InsyaAllah, Sah!
            Penulis             : Achi TM
            Penerbit            : Gramedia Pustaka Utama
            Cetakan            : 1, April 2015
            Halaman           : 328 Halaman


            http://www.gramedia.com/insya-allah-sah.html


            -->
            Salahsatu urusan yang paling misteri dalam hidup ini adalah urusan jodoh. Bener gak? Mau jungkir balik kayak mana pun kita suka dengan seseorang yang kita cintai tapi dasar gak jodoh, pasti gak nyatu juga. Tapi, ada tapinya ni masih ingat dengan firman Allah SWT?

            “…Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui” ( QS.Al Baqarah : 216 )

            Namun, apalah daya Kiara menasihati sahabatnya Silviana yang amat sangat cinta kepada Dion. Dan memang menasihati orang yang lagi jatuh cinta itu susah, pasti gak bakal didengar. Begitulah yang terjadi pada Silviana pemilik Silviana Sexy Boutique, makin jatuh cinta kepada Dion, setelah penantian 4 tahun berpacaran akhirnya Dion, sang produser sebuah girl band  pun berniat melamar Silvi setelah didesak Silvi, hihi. 

            Bagi Silvi, Dion adalah segalanya, “…Aku mencintai Dion seperti hutan yang tak mau kehilangan pepohonan. Pohon memang bisa menciptakan oksigen, tapi pohon tak bisa hidup tanpa tanah. Aku memang bisa hidup, tapi aku tak akan bisa bernapas bahagia tanpa Dion disisiku.” (Hal.10)

            Kebayang dong, betapa yang ada di kepala dan hati Silvi hanya Dion, Dion dan Dion.

            Suatu hari Dion melamarnya dan mengundang Silvi makan siang romantis, tapi pas sekali di hari tersebut Silvi banyak dikejar deadlinepesanan baju, akhirnya makan siang itu batal dan berganti Silvi berkubang rasa bersalah, Silvi pun setengah mati menghubungi Dion untuk minta maaf, namun no respond dan berlanjut mendatangi kantor Dion untuk minta maaf langsung, sesampainya di lift, hanya ada Silvi dan seorang lelaki di dalamnya, Raka.  Kondisi Silvi sudah berantakan banget nih, karena ada aja yang menghalangi dia untuk sampai ke kantor Dion dengan anggun. Tak disangka, belum selesai lagi Silvi mengatur napas mengejar waktu, lift kantor Dion tetiba bermasalah, berhenti, gelap. Disinilah cerita bermula lebih seru lagi.

            Singkat cerita, saking frustasinya Silvi karena lift juga gak kunjung terbuka, ponsel ketinggalan di mobil, sementara Raka sudah bernazar dari tadi bahwa ia akan puasa tiga hari bila lift terbuka, namun belum terbuka. Akhirnya, Silvi pun mulai memikirkan nazar yang tepat, berkali kali ia bernazar, mulai dari tobat minum wine, akan menyumbangkan semua pakaian di butiknya edisi Juni ini kepada fakir miskin, menghajikan ibunya, akan menyayangi kucing walau sebenarnya Silvi alergi kucing, sampai kepada nazar akan teriak I Love you, Dion sambil berlari keliling monas, juga belum kebuka. Dan taraa, inilah nazar pamungkas Silvi yang gak hanya membuat pintu lift langsung terbuka tapi juga membuka episode hidup Silvi yang akan mengubahnya 100%, 

            “Ya Allah…kalau pintu lift ini terbuka sekarang, aku akan memakai jilbab dan baju muslimah selamanya” ( Hal. 32)

            Nazar dan Persiapan Pernikahan Ala Silvi
            Sebenarnya mesti hati hati juga dalam bernazar, ibarat janji, harus dipenuhi, kalau tidak ada aja hal yang menyulitkan kita. Sebaik lift terbuka, disambut Dion di depan pintu lift, Silvi langsung lupa dengan nazarnya. Hehe.

            Sampailah hari lamaran itu tiba, dan disepakati persiapan pernikahan hanya 3 bulan lebih. Silvi berinisiatif menyiapkan persiapan pernikahannya tanpa wedding organizer dan berharap banyak Kiara, sahabat baiknya banyak membantu, namun ketika acara lamaran selesai, perut Kiara menubruk meja, kontan saja hal tersebut mengancam kehamilannya yang baru berusia lima bulan, dan harus bedrest.

            Dan untuk seterusnya pembaca akan disuguhkan bagaimana satu persatu rencana persiapan pernikahan Silvi gak ada yang beres, sementara waktu akad dan resepsi semakin dekat.

            Sejak kejadian nazar, kemudian kendala kendala selama proses persiapan pernikahan, kisah Silvi sudah bisa ditebak.

            Namun, adegan demi adegan tak terduga membuat InsyaAllah, Sah! susah untuk gak diselesaikan segera. Mbak Achi selaku penulis dan kepiawaiannya menulis scenario mau gak mau terbawa juga dalam gaya kepenulisan novelnya, lebih filmis. Dan  keseharian Mbak Achi yang humoris, humor humor renyah ada juga tersempil di novel yang desain covernya cakeeep abis, di awal Bab, aku bacanya ngakak loh sampe dipelototin sama suami haha, lucu kali si Silvi, dibalik gayanya yang anggun dan fashionable tapi kalau udah terkejut, pasti rahang Silvi mau jatuh. ( hal. 9, 14, 101)

            Belum lagi karakter Raka, pria yang terjebak di lift bersama Silvi, yang ternyata produser juga tapi di lini musik Islami satu kantor dengan Dion. Raka inilah yang menjadi oase di tengah gurun pasir kehidupan agama Silvi yang gersang. Raka merupakan tokoh yang digambarkan sebagai sosok yang alim namun tak terkesan menggurui.  Ada banyak nasihat Raka untuk Silvi,

            Perbuatan maksiat itu seperti bom waktu. Dia kadang diabaikan, tapi sebenarnya sedang mempersiapkan diri untuk meledak”
            “Meledakkan apa?” aku memiringkan wajah memberikan aksen penasaran
            “Ya meledakkan manusia itu sendiri. Memang Mbak piker minuman keras, seks bebas, pembunuhan, pencurian, jika dibiarkan akan bisa membuat manusia itu damai?” (Hal.119)

            Belum lagi pas episode, Silvi beneran pakai jilbab, huwaa perjuangan Silvi membuat aku geregetan juga, wajar banget sesekali Silvi goyah,  tapi pas Silvi mempertahankannya itu loh. Mending baca sendiri aja deh.

            Jadi, buat kita yang sedang galau, bener gak yang aku pacari selama ini adalah jodohku? Novel ini pas banget dibaca, terus,  buat yang lagi heboh mempersiapkan pernikahan,  bisa belajar dari Silvi, apa saja Do dan Don’t  dan yang paling adem banget, bagaimana proses seorang Silvi, pemilik butik baju baju seksi, berproses memakai jilbab, seperti apa tantangan yang ia hadapi dan bagaimana cara Silvi menghadapinya, membaca novel InsyaAllah, Sah! adalah pilihan yang pas sekali. 

            Dan yang buat penasaran, apakah pernikahan Silvi dengan Dion berakhir di pelaminan? *ceileeh gaya gue kayak pembawa acara inpohteinmen itu*

            Gramedia Pustaka Utama dan Genre Islami
            Sepertinya bukan sekali dua kali deh GPU menerbitkan novel bergenre Islami, aku pernah baca novel teenlit yang ditulis Asma Nadia berjudul, 101 Jo dan Kas diterbitkan GPU, ini isinya Subhanallah mencerahkan sekali, cocok dibaca adik kita yang remaja, islaminya dapet , renyah ceritanya juga mantap, bahkan jalan ceritanya membekas diingatan sampai sekarang.

            Sekarang, membaca novel yang versi dewasa bergenre Islami, diterbitkan GPU udah gak salah lagilah pasti isinya bagus, tapi tetep ada yang mau kukritisi hehe, tentang kesalahan pengetikan, semoga edisi revisi lebih rapi dan kece yah, InsyaAllah!

            Berbinis ( hal. 18) seharusnya berbisnis
            Risi (hal 20) seharusnya risih

            Gak banyak banyak sih soal kesalahan pengetikan, kemudian untuk jalan cerita, di awal pembaca diajak nyantai banget, kemudian beranjak serius, lalu serius banget, hiks daku ikutan merasakan apa yang dirasakan Silvi, antara persiapan pernikahan dengan menghadapi penerimaan keluarga soal keputusan kita berjilbab, apabila kita lahir di keluarga yang mungkin belum sepenuhnya paham terkait hakikat menjalankan perintah berjilbab, pasti diawal sulit sekali menjelaskan, memberikan pemahaman, namun percayalah, pertolongan Allah itu dekat sekali.

            Selamat Membaca! 
             
            dari IG: @tausiyahku_

            Selasa, 09 Juni 2015

            Master Chef Indonesia Session 4 dan Ayam Goreng Jahe

            Master Chef Indonesia sebuah ajang pencarian chef handal yang diadopsi dari program yang sama asalnya dari Inggris sana dan bekerjasama dengan RCTI. Sebenarnya saya gak terlalu mengikuti program ini, hanya saja Sabtu, 6 Mei 2015, pas lagi nonton TV dan kejebak nonton, sembari nonton Indonesia Open juga hihi.


            Kebayang dong tantangannya berkali lipat, lihat aja jurinya, paling gak peserta harus hati hati sekali memikirkan apa yang hendak dimasak, sekalinya membuat masakan khas Italia, namun gagal di lidah Sir Matteo, habislah dicaci maki. Di episode perdana MCI #4 itu saja, udah banyak peserta yang kena semprot Sir Matteo, hiiii, kritikannya buat JLEB dan ‘sakitnya tuh disini, Sir’. Kalau Chef Arnold, kritikannya masih wajarlah penggunaan kata yang dipakai, tapi kalau Sir Matteo, ‘Ini masakah dari Neraka’, aih. Kalau aku digituin, dah lah gulung gulungkan aja adek Bang ke adonan spageti itu.

            Ingin rasanya bisik di telinga Sir Matteo dan Chef Arnold, kata Rasulullah, kalau kita gak suka dengan makanannya, sebaiknya kita diam, dan itu sunnah. Hehe.



            Namun, diantara sekian banyak drama yang terjadi di tayangan perdana MCI #4 lalu, satu hal yang jadi perhatianku. Sebelumnya, inti dari ajang ini sebenarnya sederhana, peserta diminta membuat masakan yang sederhana pun jadi tapi walau sederhana buatlah enak dan pas final touch sajikan dengan mewah. That’s The Point. Masalahnya, di tantangan kedua, perkara mencabut bulu ayam okelah, namun ketika proses memasak ayam yang bisa dibilang waktu dah mepet banget, karena waktu membersihkan bulu ayam digabung dengan waktu mengolah ayamnya menjadi masakan lezat, disitulah tantangannya.

            Jadi, ada satu peserta yang buat masakan olahan ayam yang super duper guampang banget,apalagi kalau bukan Ayam Goreng, ya Ayam Goreng pemirsah, namun judulnya Ayam Goreng Jahe. Dan tahu apa yang terjadi pas proses penjurian, Chef Arnolf membelah sepotong paha ayam itu daaaann dilihat masih berdarah, merah kehitaman dari tekstur daging ayam yang belum masak itu kelihatan pemirsa. Wuidih, aku aja ngeliatnya, sama geramnya dengan ekspresi Chef Arnold, fatal sekali itu. How come, girl?

            Aku lupa nama peserta yang melakukan kesalahan fatal itu, tapi yang jelas dia sebelum masuk MCI mestilah berguru padaku dulu soal masak memasak ayam goreng #Plak *ditabok pake ayam goreng*

            Adapun masak ayam goreng yang lezat itu adalah direbus dulu dengan bumbu atau istilahnya diungkep, jadi pas digoreng, gak perlu minyak goreng banyak atau digoreng sebentar pun gak masalah, karena udah matang pas diungkep.



            Resep Andalan Ayam Goreng Andalan The Nufa’s Family:

            Bahan:
            1 Kg daging ayam, potong 10, sesuai selera

            Bumbu ungkep:
            5 siung bawang putih
            Jahe segede ibu jari
            1 sdm Ketumbar
            Garam secukupnya

            Semua bumbu haluskan, masukkan ke dalam ayam yang sudah bersih, aduk sampai bumbu tercampur merata, tuangkan sedikit saja air. Kemudian ungkep/rebus sampai air rebusan ayam menyusut.

            Kemudian ayam siap digoreng. Hmm, harum dan lezat. Sisa rebusan ungkepan ayam bahkan bisa buat bumbu tempe goreng , tahu goreng, atau brokoli goreng tepung. Keluargaku doyan banget makannya.

            Selamat Menonton MCI dan mencoba resep ayam goreng ala The Nufa’s Family.

            Resep Cemilan Andalan Nenek Lempeng Pisang Mas

            Beberapa hari ini stok pisang melimpah ruah di rumah dan tetiba kangen dengan cemilan buatan Nenek, namanya Lempeng. Haha. Bukan lempeng sembarang lempeng, apalagi lempengan bumi, tapi ini Lempeng Pisang, sebut saja Lempeng Pisang Mas. Soalnya aku gak tahu namanya apa, si nenek yang asli minang setiap kali ditanya nama cemilan tersebut, dia pasti jawab ‘Lempeng’.

            Pisang Mas ( Sumber Foto : www.andi.my.id)

            Oke saking rindu dan kepengen banget makan Lempeng, aku pun berinsiatif membuatnya sendiri di rumah. Resepnya sederhana saja dan tradisional banget hehe.

            Berhubung saya keluarga besar, jadi kalau buat cemilan dalam porsi banyak.

            Bahan:

            Daun pisang secukupnya

            2 Sisir Pisang Mas, haluskan
            6 sdm Tepung Terigu
            6 sdm kelapa parut
            Gula secukupnya
            Garam secukupnya

            Cara Membuat:

            Selagi kita menyiapkan adonan, sebelumnya keringkan daun pisang, untuk kemudian di lap bersih dengan kain lap kering tentunya, untuk menghilangkan debu dan serangga halus.

            Haluskan pisang ( saya menggunakan gelas atau bisa juga botol bekas sirup) , masukkan tepung sedikit demi sedikit, kemudian masukkan kelapa parut, lalu gula dan garam, aduk adonan sampai rata.



            Siapkan kuali, panaskan dengan api kecil, letakkan daun pisang kemudian letakkan adonan, bentuk bulat seperti adonan pizza, tutup adonan pisang dengan daun pisang lagi, kemudian tutup pakai tutup panci, tunggu 7 menit, setelah adonan bawah mulai matang, bersiap untuk membalikkan adonan, pelan pelan ya Bu, dan hati hati lengannya kena bibir kuali hehe, karena panas. Masak 7 menit juga. Kemudian angkat. Sajikan.

            Kalau bisa diawasi terus ya Bu adonannya, jangan sampai gosong. Stok daun pisang kalau bisa agak banyak, satu helai daun pisang yang lebar itu cukup untuk buat adonan Lempeng Pisang Mas.

            Gimana? Mudahkan. Selamat Mencoba ya Bu.

            Cemilan saya ini, habis sekali hap, haha.

            Senin, 08 Juni 2015

            To Be or Not To Be



            …Begitu muda kita menempelkan suatu profesi hanya karena melakukan satu-dua pekerjaan saja. Menyebut diri blogger hanya karena punya blog (padahal tidak update juga), satu dua kali menulis menyebut diri penulis, sesekali bepergian melabeli diri traveler, bikin satu-dua kali koleksi busana sudah menjadi desainer dan seterusnya. Mungkin ini urusan pribadi, namun di ranah professional hal ini sulit dibenarkan. Penghargaan terhadap mereka yang betul betul berprofesi itu menjadi terabaikan. Apalagi ketika kalah ‘pamor’ dengan para wannabe ini yang populer di ranah maya. Selalu ada proses yang dilewati untuk boleh memakai label profesi tertentu, kalau mau pekerjaan itu disandang dalam jangka waktu lama, Tidak hanya musiman atau ikut ikut terus.

            Petty S Fatimah-Pemimpin Redaksi Majalah Femina

            Sumber Foto dari Fesbuk Mba Ani Berta


            Awal baca pernyataan tersebut sempat menggelegak juga kepala saya haha, pernyataan yang sama pernah saya dapat dari diskusi dengan kawan kawan penulis, bahwa belum disebut penulis kalau belum menerbitkan buku, heuheu. Mendengarkan hal itu saya langsung menciut ciut dan ciut.

            Sementara salahsatu guru kepenulisan saya Bang Ali Murthado, redaktur Harian Analisa pernah bilang, bahwa kalau kita sudah pernah menulis, ya kita penulis, bagi saya gak ada penulis pemula apalagi manula hehe, begitu kata Bang Ali.

            Kontradiktif memang, namun namanya hidup, gak bisa semuanya harus ideal sesuai ingin kita.

            Sebenarnya ada dua sikap untuk merespon pernyataan Bu Petty diatas

            Motivasi yang Makjleb. Bu Petty gak salah tapi gak juga benar, bagi yang mental tahan banting, pernyataan Bu Petty di atas merupakan cambukan banget. Iya yah, aku blogger, tapi blog gak up date, iya yah aku ngaku penulis tapi gak berkarya, dan iya yah lainnya, ya sebelas dua belas dengan, iya yah, ngakunya muslimah, tapi gak berjilbab, hehey.

            Motivasi yang buat down, bagi yang baru mulai nge blog atau menulis, pasti pernyataan Bu Petty ini mematikan, sangat mematikan semangat kita kita yang baru memulai dunia nge blog, dunia tulis menulis, dan dunia yang katanya ‘profesi’, tapi benar juga dalam komen Bang Aswi- Blogger Bandung di fesbuk Mbak Ani Berta, blogger yang memposting pernyataan Bu Petty pertama kali, bahwa sebuah profesi dikatakan profesi apabila dalam pengakuan profesinya kita diminta sumpah untuk itu, seperti profesi dokter, pengacara, dll, nah penulis dan blogger, profesi gak yah hehe, buka kamus lagi yuk.

            Jadi, sebenarnya sah sah aja sih pernyataan Bu Petty, yang penting diri kita nih, kalau kita memang passion dengan sesuatu, pasti akan diseriusin, love what you do, do what you love, sederhana bukan?

            Cuma memang, saya akan mengeluarkan pernyataan yang sama seperti Bu Petty kepada kawan kawan yang memang sudah lama bergelut di dunia blogger dan kepenulisan, terlebih diri saya sendiri, biar jadi penyulut api semangat lagi untuk nge blog dan menulis.

            Dan saya hindarkan sekali mengutarakan pernyataan tersebut kepada newbie dan lihat jiwa dan bahasa tubuhnya, kalau kira kira dia golongan darah B haha, kenapa jadi lari ke golongan darah, ya lihat audiens nya maksud saya, gak mau jadi pematah semangat orang, karena saya tahu rasanya semangat saya dipatahkan orang lain.

            Makanya sesekali kita perlu orang orang yang mendukung kita, dan kadang kita perlu orang yang mengkritisi kita, semua itu pasti baik untuk kita, biar kita jangan terlena dengan zona nyaman, tapi ayo cari yang lebih menantang, mestilah naik level, belajar belajar dan belajar.