Selasa, 13 Maret 2012

Bundasehat.com


Bundasehat.com

Oleh: Nurul Fauziah

           
nutrisi untuk bangsa
          Pertama kali baca info kompetisi ini, sempat mengurungkan niat untuk mengikutinya, secara saya masih gadis dan belum berumahtangga, sehingga merasa belum punya pengetahuan yang mumpuni seputar dunia bunda,  namun saya pikir kelak saya pun akan menjadi istri dan bunda pula, lalu kenapa tidak saya mengikuti kompetisi ini, berbicara bunda sehat dari sudut pandang wanita single fighter seperti saya.
            Sehat, tentunya karunia ini paling diinginkan semua orang, termasuk para bunda. Menjaga kesehatan juga bukan cita-cita yang baru muncul saat sakit, itu sebab mengapa ada ungkapan jaga kesehatan sebelum datang sakit. Begitu juga dengan menjadi seorang bunda sehat, tidak datang saat menjadi bunda. Cita-cita kelak menjadi bunda sehat, cerminan melewati masa gadis dengan mengisi asupan tubuh dengan segala yang bergizi dan sehat.
            Masa gadis seperti saya adalah masa rentan untuk ingin mencoba segala kuliner yang ada tanpa sempat memikirkan risiko yang akan muncul di masa depan. Banyak pelajaran di depan mata dari teman sebaya yang juga masih gadis.  Kesukaan terhadap bakso, mi instan yang sulit dikontrol membuatnya sering sakit dan harus selalu check up ke dokter, kebiasaan jajan yang berlebihan menyebabkan obesitas, walau obesitas bukan penyakit, tapi banyak penyakit dalam disebabkan obesitas, seperti sindroma metabolic dengan risikon penyakit kardiovaskular, gangguan pernafasan, hormonal, asam urat tinggi, kanker dan stroke. Bahkan WHO, menetapkan obesitas sebagai penyebab kematian kedua setelah merokok.
            Menjadi gadis, berarti melewati masa-masa single fighter yang penuh keberaniaan tanpa takut apapun, sehingga segala kegiatan positif diikuti, mulai dari aktif di organisasi, belajar ini itu, travelling, climbing, sehingga kerap lupa bahwa kita, perempuan yang kelak jadi bunda, saat tubuh kelelahan, saat itu juga tukang pijat jadi bantuan alternative yang membantu tubuh kembali fit, alhasil seluruh tubuh kena sasaran pijat, termasuk perut. Padahal daerah perut dan sekitarnya adalah daerah yang rawan dan ekstra penjagaan serta perawatan, jika salah pijat bisa berdampak serius salahsatunya gangguan rahim. Itulah yang terjadi pada teman saya, memang bukan berarti masalah ini berlaku untuk semua, tapi lebih baik mencegah daripada menanggung risiko seumur hidup. Teman saya, saat awal kehamilan mengalami masalah bahwa calon janin berkembang di luar rahim, atau diistilahkan hamil anggur, demi keselamatan calon bunda, operasi pun dilakukan, dan terpaksa merelakan calon bayi diangkat paksa.
            Sekilas rumit ya, jadi perempuan apalagi dihantui kelak akan menjadi istri dan bunda ditambah lagi cerita-cerita seram hasil budaya patriarki yang kental dianut sebagian besar budaya di Indonesia. Tapi, saya menganggap itu semua hembusan angin semu dari kaum yang mengatasnamakan feminis. Menjadi perempuan, pada dasarnya menjadi kehidupan itu sendiri. Perempuan adalah sumber kehidupan, maka beruntunglah menjadi perempuan, menjadi bunda.

Bunda Sehat, Sebuah Keharusan!
            Perempuan adalah sumber kehidupan, jika kita para bunda tidak sehat lahir batin, maka, apa yang akan hidup? Tetap ada yang hidup, namun hidup sengsara, hilang sentuhan tangan bunda yang mumpuni. Tidak ada. Oleh karena itu, bunda sehat, adalah sebuah keharusan.
            Dalam sebuah film India, We are Family, sebuah dialog antara tokoh Shreya, seorang wanita karier yang berpacaran dengan duda beranak 3, dengan Maya seorang single mother pengidap kanker rahim. Dialog itu terjadi di sebuah taman. ceritanya Maya membujuk Shreya nginap di rumah, maka terjadilah dialog seperti berikut:
Shreya: Aku wanita karier, Maya, bukan tipe seorang ibu
Maya: (tersenyum) Jika kau seorang wanita, maka kau adalah tipe seorang ibu, …let me tell you…Setiap gadis memiliki formula ibu yang tersembunyi di dalam dirinya, segera setelah ia lahir, wanita karier sepertimu lupa ini, tapi ketika saatnya tiba, kau akan ingat segalanya.
            Nah loh, mungkin saya yang gadis dan para gadis yang di luar sana pernah terbesit pikiran seperti itu, ah masih gadis aja kok, ngapain mikirin urusan emak-emak, persoal urus anak, urus suami, rumah tangga dan lain-lain. Nyatanya, itu semua kudu dipelajari pelan-pelan dari sekarang, saat masih single. Emang sempat, baca buku cara mengurus anak, disaat anak sudah besar? Terlambat dong, hehehe.
            Begitu juga dengan pengetahuan kesehatan, bunda sehat sejak dini, berawal dari pemahaman pentingnya hidup sehat sejak gadis. Misalnya, dari segi makanan dan minuman, hindari makanan yang mengandung pengawet, bila masak, hindari penggunaan penyedap masakan, perbanyak cemilan buah-buahan, biscuit sehat, perbanyak minum air putih, kurangi minuman bersoda dan lain-lain, dari segi pakaian, hindari memakai pakaian yang terlalu ketat hingga buat sesak, terkadang untuk cantik tidak perlu menyiksa diri kan? dari segi kosmetik, back to nature, hindari terlalu sering mengganti merk kosmetik, bisa membahayakan kulit wajah, gunakan yang alami saja, seperti bedak dingin, masker dari olahan sendiri. Memang gempuran polusi luarbiasa hebatnya dan tidak cukup dengan yang alami, namun itu semua bisa diatasi dengan memulai gaya hidup sehat, dan back to nature  tadi, dari segi pola hidup, memulai kebiasaan berolahraga, hindari merokok, bergadang terlalu sering, hindari makan tidak tepat waktu, Dan lain sebagainya.
            Seorang teman pernah bilang begini, Hidup itu sebenarnya cuma butuh serius. Bila kamu mahasiswa, seriuslah belajar. Bila kamu karyawan, seriuslah bekerja. Bila kamu istri atau suami, seriuslah menjaga amanah keluarga yang dititipkan. Bila kamu punya agama, seriuslah menjalankan perintah agama. Bila kamu manusia , seriuslah jadi manusia, jangan berprilaku binatang. Gak sulit toh. Tapi, banyak yang tak berhasil melakukannya. (Nasihat seseorang pada suatu masa dulu) (Maya Lestari GF)
          Bila ingin sehat, maka seriuslah untuk sehat. Apalagi manfaatnya berefek jangka panjang, panjaaaaaaaaaang banget sampai akhirat. Maka ada sebuah hadis, surga itu berada di bawah telapak kaki Bunda, buka di telapak kaki Ayah. Bunda yang peduli dan melek kesehatan sejak awal, berarti bunda sudah berinvestasi dan efeknya jangka panjang, Bunda paham kesehatan janin sejak pertama kali Allah menitipkannya ke rahim Bunda, Bunda rawat, bunda beri asupan bergizi, rutin check up, rajin berdialog dengan si calon bayi. Bunda sehat, jiwa dan pikiran pun juga sehat, kelak bayi yang lahir pun sehat, lalu bertumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, sampai beranjak ia dewasa pula dengan kondisi sehat jiwa dan bathin, serta berdampak pada orang-orang disekitarnya, merasakan manfaat baik dari keberadaannya. 
Komunitas Para Bunda         
        Oke, keinginan dan usaha Bunda untuk sehat sudah ada dan dimulai, namun lingkungan sekitar kurang mendukung, semisal, praktisi kesehatan yang kurang professional di bidangnya, suami yang merokok dan kurang kooperatif, kemiskinan, KDRT, beban kerja tinggi baik untuk urusan domestik maupun publik. Ah, Bunda =(.
      Di luar negeri Bunda Rumah Tangga, Ibu Rumah Tangga, atau housewife, sudah menjadi profesi yang diakui Negara, sehingga para ibu di sana kehidupannya juga dibiayai pemerintah. Di Australia, profesi seorang ibu di negara tersebut, hak-haknya diakui negara, bila melahirkan akan diberikan uang susu, uang saku sebagai upah pada ibu yang menjadi ibu rumah tangga, punya kesempatan menyicil rumah, dan kesempatan belajar dengan biaya pemerintah. Sungguh negara idaman para Ibu Rumah Tangga.
            Selain itu, untuk urusan perlindungan terhadap perempuan korban KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) pun Negara Australia punya sistem yang serius. Sang perempuan diberikan perlindungan, rumahtinggal, perawatan rumah sakit sampai sembuh dan juga konseling rumah tangga.

            Yah, walau seringkali masalah mendera, bahkan sampai meremas jantung, namun dengan ketegaran, kesabaran dan jaminan surga di telapak kaki Bunda. Bunda harus sabar, tapi sabar yang proaktif. Dalam kegalauan menjalani profesi Bunda rumah tangga dan juga berkarier, mungkin dengan bergabung dalam komunitas bisa membantu Bunda dalam banyak hal, misalnya bergabung dalam komunitas Bundagaul.com, sebuah komunitas para bunda yang berdiri pada 22 Desember 2008, disini para bunda bisa curhat, berbagi pengetahuan soal kehamilan, kesehatan, pendidikan, berjualan, serta mengadakan pengajian. Komunitas ini memiliki tempat nongkrong tetap yakni di FX Plaza, Jakarta, dan setiap bulan mereka mengadakan pertemuan.


Finally, apapun itu, semoga mampu menjadikan Bunda yakin bahwa yang Bunda lakukan akan ada bayarannya, invisible payment, dan investasi jangka panjang.
Luarbiasa ya seorang Bunda, padanya Tuhan titipkan kehidupan! Jika sudah begitu, sehat bukan pilihan tapi keharusan. Pokoknya Bunda harus sehat.com. “Ayo Dukung Bunda: Kesehatan Bunda, Kesehatan Kita”.


Referensi:
Majalah Sabili, ed.5 TH.XIX 8 Desember 2011
Koran Kompas, Minggu, 22 Januari 2012

#Penulis adalah Guru Bahasa Inggris Kelas 1 dan II SD di MIS. Nurul Fadhillah, Banda Setia, Deli Serdang, Sumatera Utara, bergiat di Forum Lingkar Pena Sumatera Utara serta penulis buku ‘Gue Gak Cupu’ (GPU, 2010).

#Tulisan ini diikutsertakan dalam Blog Writing Competition yang diselenggarakan oleh Nutrisi untuk Bangsa >>> berikut linknya  http://nutrisiuntukbangsa.org/
               



           
            

Jumat, 09 Maret 2012

Tik Tik Ngetik Pake Mesin Tik


          Life is an adventure, tagline iklan susu yang menurut aku pertama kali nontonnya gak ada hubungannya dengan produk susu mereka hihihi, tapi kreatif lah. Namun, bukan itu yang mau aku ceritakan di blog aku yang tralalala ini ^^,
Ini tentang aku yang bisa dibilang mulai dari hari Selasa, dapat tawaran ngajar sore hari di MTsN 2, bekas sekolahku dulu, huwaaa…kangen, berkelebatan kenangan masa-masa sekolah dulu =D, Rabu, aku kembali berpetualang, dapat tawaran ngajar sore ke Pesantren Darul Arafah, di Tanjung Anom, Guys, tempatnyaaaa…jauuuhh di pelosok negeri Medan ini, hihihi namanya juga pesantren, harus jauh dari keramaian dan hiruk pikuk duniawi, tapi overall seruuu deh. Lalu, Kamis pagi, aku kembali terbang ke Balai Diklat Keagamaan di Jl. TB. Simatupang, ternyata jauhhh juga, tapi enjoy aja =D. Oh ya, aku ke sini mau ikut lomba ngetik tapi pake mesin tik, mau tau kelanjutannya?, Yuukk, bekicot… =D
Pagi itu, aku akan mengikuti kompetisi Menulis Makalah Ilmiah Al Qur’an (M2IQ), karena dating lebih awal, hanya beberapa peserta saja yang tampak, termasuk adik kelasku, Fauzan, ternyata dia ikut lomba juga, hihihi 

         ‘Kak Zee, seharusnya nulis skripsi aja, ngapain lagi ikut lomba’, candanya

Iya, aku pun heran, di masa2 nulis skripsi, lomba nulis bertebaran dimana2, jadilah aku warga Republik Deadline Raya yang taat akan deadline (loh kok?) =D. Insyallah harus bisa, bagi waktu, Cemungudh, Zee!
Lomba menulis ini diadakan oleh Panitia MTQ ke 45 Kota Medan, Makalah Ilmiah Al-Qur’an (M2IQ) adalah mata lomba yang baru pertama kali diadakan, jadi  hanya 10 peserta dari beberapa kecamatan di kota Medan yang berhasil direkrut untuk jadi peserta lomba termasuk aku, yang mewakili Medan Tembung. Nah, berdasarkan keterangan dari dosen yang mengabarkanku perihal lomba ini #terima kasih Pak ^^, lomba menulis kali ini memakai mesin tik, mengetik di lokasi lomba selama 8 jam #kebayang gak sih, selama itu??? Muka pun bisa berubah mirip mesin tik hiihihihhi, namun kata penyelenggara, tujuan diadakan lomba, bukan tidak menghargai perkembangan teknologi, tapi juga untuk melihat ketelitian kita dalam mengetik memakai mesin tik, begitulah kira-kira. Selama menjelang lomba, setiap malam, aku sisihkan waktu setengah jam buat belajar ngetik pake mesin tik, tak tik tak tik #hehehe, ternyata asik juga, berasa lagi syuting film Soe Hok Gie deh #lempar kameraaaaa…
Lalu, panitia bilang, mesin tik dari mereka, sulit juga jika aku bawa2 mesin tik, berat guys, tapi selama difasilitasi, ya kenapa gak?, dan kalian tau saudara2, pertama kali, aku ketemu dengan partner lombaku, wow…dialah adalah mesin tik yang sering dipakai di kelurahan, yg gedenya segede televise 21 inch, trus beratnya mungkin ngalahin berat badanku #lebay ah, tapi begitulah kenyataannya…awalnya sepele sih, eh pas dipakai, wuihhh…keren nih mesin tik, aku nyaman makenya, tak tik tak tik…lancar ^^, thanks ya Allah.

Setelah opening dari para juri, mulailah alunan mesin tik bergemuruh ke seluruh ruangan, gimanaaa gitu, seruuu, klasik-klasik asik =D.
narsis dulu ah =)
Oh ya, pada lomba ini, terkesan santai namun serius tingkat tinggi, peserta diperbolehkan makan, minum, bawa buku bacaan sebagai bahan untuk menuangkan ide, boleh ke toilet, namun peserta dilarang keras membawa bahan tulisan yang sudah jadi, dan di lokasi tinggal ngetik doing. Pokoknya nyantai deh.
8 Jam berlalu, Alhamdulillah selesai juga, tau gak? Pas proses ngetik, hahaha, saking semangatnya, jariku beberapa kali masuk ke sela-sela tuts mesin tik, secara jariku imut2, tapi sakit juga T_T hihihi, blm lagi kesalahan ngetik huruf, terpaksalah di hapus pakai correction pen, setengah mati ngerjain semuanya dengan teliti, rapi dan tetap masuk akal tulisannya, karena memang benar2 beda jika nulis di bluser dan di mesin tik, BEDA BANGET! Over all, seruuu…,gak penting ma hasilnya deh, tapi prosesnya itu loh, nengok makalah yang 10 lembar udah jadi di depan mata, rasanyaaa gimana gitu, senang banget. Jika aku menang Alhamdulillah, jika blm berksempatan menang, mungkin blm beruntung dan diminta berlatih lebih keras lagi. SEMANGAT! #lanjut nulis lagi, ikut lomba nulis lagi heheheh…selesai urusan yang satu menanti urusan yang lain. Insyaallah, semoga berkah ^^.

Jumat, 02 Maret 2012

N5M: Maret yang Penuh Man Jadda wa Jada

 
            Sebentar ya, mengawali tulisan ini daku mau teriak dulu, ehm…ehm..tes…Seharusnyaaaaa yang jadi pemeran Sarah atau Nisa ituuuuuuuu AKUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU…U…U…U…U #obsesi artis yang blm kesampaian hihihi.
            Jika kamu seorang zee reader sejati, tentu sudah baca tulisanku sebelumnya yang berjudul CASTING HAHAHA. Nah, kemaren premiere film N5M, langsung dah kebelet nonton, penasaran sama pemeran hasil open casting yang tempo hari. =D


            Sebelum nonton, pastikan jangan ada pemikiran bahwa film yang diadaptasi dari novel wajib semua adegan di novel numplek di film *jiaaahhh, mana bisaaa???, lo mau nonton novel apa baca film seehhh??? Heheheh*.
            Oke, Negeri 5 Menara The Movie, berkisah tentang seorang Alif Fikri (Gazza Zubizareta ) yang baru tamat Tsanawiyah diminta orangtuanya melanjutkan studi ke pesantren Pondok Madani yang ada di Ponorogo, Jawa Timur. Sebenarnya permintaan bersekolah ke pesantren adalah permintaan amaknya Alif. Amak merasa umat saat ini membutuhkan manusia yang berpendidikan umum sekaligus tak jua melupakan agamanya, begitulah kira-kira impian terbesar amak. Ayah Alif pun mendukungnya. Suatu subuh disela-sela Alif yang masih merajuk tentang keinginan sekolah di Bandungnya terancam gara-gara keinginan Amak yang ingin Alif ke Pesantren, Ayah mengajak Alif ke Pasar menjual kerbau. Di pasar, Alif terheran-heran melihat transaksi jual beli kerbau yang memasukkan tangan pembeli dan penjual ke dalam sarung. Lalu masuklah pesan filosofisnya…ini ni yang daku suka, selepas menjual kerbau, Alif dan Ayah berehat di tepi pantai, terjadilah dialog,
            ‘Manga ko ayah manjual kabau, jo apo ayah mambajak sawah beko?’  hahaha kurang lebih begitulah isi dari pertanyaan Alif ke Ayahnya. Kemudian Ayahnya menjawab bahwa, kerbau itu dijual untuk biaya sekolah Alif ke Jawa, lalu ayah mempertanyakan kembali ke Alif tentang penolakannya terhadap permintaan Amak,
            ‘Apo pernah amak maminta ka Alif sesuatu yang begitu diinginkannya ka Alif?, pernah?’, ditanya begitu Alif tergugu. Ayah melanjutkan, nah Nak, Hidup itu samo jo ayah manjual kabau tu, dijabat dan dijalani dahulu baru kita tahu. Intinya, apapun yang tak kita suka, namun menurut pandangan orang baik, apalagi orangtua kita, jalani saja dulu, jika tak jua, berbalik arahlah *ini sih makna yang aku dapat tangkap ya, dari kasus Alif*. Ditambah lagi, mungkin Alif takut dikutuk jadi anak durhaka, dan memilih untuk menjalani permintaan Amaknya. ^^
            Akhirnya, Alif pun pergi ke Pondok Madani mengendarai bus 3 hari 3 malam bersama ayahnya, singkat cerita Alif pun lulus, kemudian bertemu dengan teman-teman sekamar dan makin akrab setelah dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, mereka adalah Raja (Jiofani Andre Lubis) dari Medan, Said ( Ernestsan G Samudera)  dari Surabaya, Dulmajid (Baharis Adnanda Putra) dari Sumenep, Atang ( Rizki Ramdani) dari Bandung dan Baso (Billy Sandi) dari Gowa. Sampai disini…tonton sendiri yaaaa…gak seru kalo daku certain semuanya hihihihi.

Aku dan N5W The Movie
            Film yang diangkat dari novel-novel yang kata Sidik Nugroho dalam kritikannya di Kompas (Minggu, 26/02) menyebut sastra motivasi sedang melanda perbukuan Indonesia, dan bahkan menurutku sedang merambah ke dunia perfilman, beberapa novel sedang dipersiapkan untuk di filmkan seperti Novel 9 Summers 10 Autumns-nya Iwan Setyawan, dll.
            Negeri 5 Menara The Movie adalah film yang diangkat dari novel karya A. Fuadi berjudul Negeri 5 Menara, diproduksi oleh Kompas Gramedia, disutradarai oleh Affandi Abdul Rachman, dengan susunan tim kerja syarat pengalaman, seperti Eros Eflin, Roy Rolang, serta Citra Subiyakto.Dibintangi oleh banyak pemain muda nan baru di ranah perfilman dan diambil dari beberapa open casting yang dilakukakn di beberapa kota besar di Indonesia salahsatunya di Medan, dan aku termasuk peserta open casting yang belum lulus hihihihi.
            Menonton N5M ini aku exciting banget, karena gerah dengan film Indonesia yang ntah hapa hapa kalau orang Medan bilang. Mulai dari awal film kita disuguhkan setting pemandangan Danau Maninjau dan Bukittinggi, wuaaahh, jadi pengen ke sumbar  T_T *padahal November lalu baru dari sana hehehe*, lalu dari segi dialog, mungkin sutradara dan seluruh awak pembuat film ini  belajar dari film Di Bawah Lindungan Ka’bah yang juga bersetting daerah Sumbar, namun tak sedikitpun memakai bahasa Padang. Penonton serasa di Padang betul saat mendengar dialog amak (Lulu Tobing), Ayah (David Chalik), serta Alif di awal film, asyik aja gitu dengarnya, tentu bagi penonton yang tidak mengerti, ada translatenya, jadi tenang aja, hehehe.
            Yup, sekarang kita menilik ke pemainnya, huwaaa…si Alif mah ganteng euy, pinter nih tim pencari bakatnya meng-huntingpemain utama,  *hush…dah tua, meliriknya yang brondong hihihi #tutup muka pake panic*, kalo aku pandang2, si Gazza mirip Daniel Radcliffe, pemeran Harry Potter. Cuma agak surprise dengan pemilihan tokoh Randai yang diperankan Sakurta Ginting, jauh dari kesan yang digambarkan di novel, tapi ya itu tadi novel ya novel, film ya film, ah tetep gak setuju aja =D. Kemudian pemain baru hasil dari open casting, okelah, apresiasi dengan tim open cast, pasti gak mudah mencari pemain baru dengan bakat alami, seperti bakat acting serta camera face *mungkin aku kurang camera face kali ya, #berkaca sambil membandingkan wajahku dengan kamera, hihihihi. Amak yang diperankan Lulu Tobing, wew, apa gak ada lagi artis yang asli minang? Tapi, apresiasi lagi buat Mbak Lulu yg sudah bekerja keras untuk menampilkan dialek Minang walau terkadang dialek bataknya sedikit kedengaran heheheh *wajarlah ya ^^
            Tentang adegan, seperti yang daku sampaikan di awal, gak semua adegan di novel di gambarkan di film, ada beberapa yang beda, seperti adegan Shahibul Menara minta izin keluar asrama, kalau di film alasannya mereka hendak membeli es untuk pementasan drama, sedangkan di novel, alasan mereka keluar bukan untuk itu, karena dah lama baca novelnya jadi rada lupa, yang jelas mereka keluar asrama bukan untuk membeli es, namun berpetualang karena ingin melihat suasana dunia luar asrama.
Adegan yang aku suka pas Ust. Salman (Doni Alamsyah) ujug2 masuk kelas sambil bawa pedang berkarat dan membawa batang kayu. Adegan ini jika dikaitkan dengan strategi mengajar di kelas, berhubung aku adalah berkuliah di jurusan pendidikan, beginilah seharusnya strategi mengajar yang tidak hanya ceramah dan CBSA catat buku sampai abis. Siapa murid yang gak terpelongoh, guru masuk kelas sambil bawa pedang berkarat dan sebatang kayu, hihihi. Adegan ini membuatku kembali ter’wow’, setelah Ust. Salman berhasil membuat batang kayu itu terbelah setelah beberapa kali dipacungkan ke kayu bersebab pedangnya berkarat, Ustadz pun berkeringatan dan ngos-ngosan dibuatnya. Lalu penonton segera terhipnotis dengan cakap ustadz, yang intinya, bukan yang paling tajam tapi yang paling sungguh-sungguh, MAN JADDA WA JADA *merinding aku woi di adegan ini, mau luruh air mata ini T_T*.
Pesan lain yang ingin disampaikan film ini selain MAN JADDA WA JADA adalah, kalo punya mimpi itu jangan nanggung-nanggung, tinggi sekalian, kalo bukan kita yang membela impian kita mati-matian, lalu siapa lagi? heuheuheu... 
Keknya para guru wajib nonton N5M deh, ada juga adegan Kiai Rais, saat Genset di asrama bermasalah, dan Atang dkk berniat protes ke Kiai, eh Kiai bukan ngasih solusi, malah meminta Atang mencarikan solusinya karena kalo orang protes tentu punya solusi, begitu kata Kiai Rais, namun dalam menemukan solusi, Kiai tetap membimbing santrinya tidak hanya melepas tanggungjawab begitu saja.
Trus, apalagi yah…wah…pokoknya nonton sendiri deh. Ya ya ya =). Humornya dapat, panorama Danau Maninjau, Bukit tinggi, serta Ponorogo Jawa Timur, keren. Lalu, salut buat sutradara yang berusaha menampilkan setting tahun 80-an, kesan jadulnya juga dapat, mantap dah ^^. Belum nonton, mah rugi banget euy, selepas nonton, jadi makin semangat mengejar mimpi dan nyelesein kuliah disela2 badai menerpa. Happy Watching yo, moviefreak!