Selasa, 02 Desember 2014

Rahmadiyanti Rusdi : Saya Suka Kota Medan Karena Angkotnya

Siapa yang gak kenal Mbak Rahmadiyanti Rusdi atau yang akrab disapa Mbak Dee? Tentu FLPers pada tahu ya, buat yang bukan FLP juga gak apa, bila belum tahu, biar tahu maka kita makan tahu eh saya beri tahu ya *ini kenapa jadi ngobrolin tahu sih -_-“ * 
sedikit saya paparkan profil tentang Mbak Dee, kalau mau banyak, langsung aja ke Mbak Dee nya yah, insyaAllah langsung dibalas ke hp kamu *hihihi, kalau masih ingat tagline iklan ini, berarti kamu sebaya dengan saya, hahaha, #gagalfokus *

Mbak Dee adalah salah satu orang yang turut terlibat dalam membesarkan FLP, saya kenal Mbak Dee dari karya-karyanya, apalagi waktu buku-buku terbitan Lingkar Pena Publishing House masih eksis, ya karena Mbak Dee jadi editor juga di LPPH, jadinya banyak juga tulisan Mbak Dee yang tergabung dalam beberapa antologi, nah sekarang selain masih menjadi pengurus FLP Pusat, tepatnya diamanahkan menjadi Ketua Harian 1 untuk Periode 2013-2017, Mbak Dee juga bergiat di Penerbit Noura Books sejak tahun 2012 di bagian Marketing dan Promosi.

Gimana? Udah kenal dengan Mbak Dee? Kalau belum, lanjut lagi ya baca tulisan cantik ini :D Jadi ceritanya, Mbak Dee mendarat di Medan tanggal 28 Nopember bersama keluarga tercinta untuk travelling, Mbak Dee ini selain suka nonton bola, juga hobi travelling looh. Sampai dimana tadi? Oh ya mendarat yah, sesampainya di Medan, Mbak Dee sekeluarga langsung go to Parapat, pokoknya keliling Sumatera Utara dah, Danau Toba, Samosir, Berastagi, Sipiso piso, dan tanggal 30 Nopember, berakhirlah perjalanan di Medan, jadi sebelum kembali ke Jekardaah, Mbak Dee menyempatkan diri untuk singgah di sarang penulis FLP Sumut atau Rumah Cahaya. 

Dok.Pri

Maka mengalirlah diskusi diskusi seru dari Mbak Dee, meski hari Minggu itu cuaca Medan sedang galau alias Mendung berhujan rintik rintik, tapi semangat FLPers untuk hadir ke Rumcay gak surut, malah ramai *_* 

Diskusi tentu gak jauh jauh dari FLP, tulisan, penerbitan dan travelling hehehe. Mbak Dee membuka diskusi dengan kekagumannya akan kota Medan yang masih mempertahankan sarana transportasi umumnya, karena di beberapa kota di Indonesia, transportasi umum sudah mulai punah, yang masih eksis itu, bahkan lebih dari eksis, alias over angkot hihihi, Medan, Padang dan Bogor :D, ngobrolin soal kota dan angkot, saya jadi teringat dengan pengalaman Aa yang ke Bali awal Nopember lalu, di Bali itu angkot gak ada, angkot pernah ada di Bali, tapi gak ada penumpangnya, bersebab warga Bali lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi, WoW :D . Bersyukurlah wahai anak Medan, angkot masih eksis weeeiii, gak kebayang angkoters tanpa angkot, ibarat aku gak lengkap tanpa kamu, #eaaak. 

http://marvellchristian.blogspot.com/2012/03/sudako-kuning.html?m=1
Sebenarnya ada banyak hal yang ditanyakan FLPers kepada Mbak Dee, termasuk saya :D, saya menanyakan seputar tips menjadi seorang editor dan bagaimana Mbak Dee bisa menjadi seorang yang sinting buku ? ^_^ 

Mbak Dee pernah cukup lama menjadi editor di LPPH tentu ia punya pengalaman yang banyak mengenai hal tersebut, dan inilah dia tips nya: 

Pertama, seorang kalau mau menjadi editor mestilah punya keterikatan dengan buku, karena pada saat mengedit naskah, editor tidak akan terpaku dengan buku yang diedit saja, tetapi juga memerlukan referensi dari buku lain yang berkaitan dengan buku yang sedang diedit. Di poin pertama ini Mbak Dee menceritakan pengalamannya saat mengedit novel Mbak Sinta, Tahta Awan, dari satu novel tersebut, Mbak Dee sampai harus membaca banyak literature agar maksimal dalam mengedit. 

Kedua, seorang editor wajib banget banget menguasai teknik mengedit. Seperti yang kita ketahui, mengedit bukan sekadar memperbaiki tanda baca yang tak tepat, memperbaiki kata yang salah ketik, nah kalau begitu mah kerjaanya copyeditor *saya baru tahu ada yang namanya copyeditor* tapi lebih dari itu. 

Tips ketiga, punya KBBI, malah sudah ada KBBI online. Wuaa sekarang, mau ngapain ngapain aja mudah banget yah, komen Mbak Dee disela-sela penjelasannya tentang tips ketiga ini, mau edit aja, KBBI sudah ada yang online, gak perlu membawa KBBI yang tebalnya minta ampun. Pun begitu, memiliki yang online dan offline malah lebih bagus ya kan? 

Selain harus punya KBBI, tips keempat, editor mesti punya kamus ungkapan, kamus sinonim, dan punya printout gaya selingkung—setiap penerbit punya penerapan kata saduran yang berbeda beda, contohnya pencantuman kata ‘salat’ di penerbit Gramedia Pustaka Utama, nah di penerbit lain bisa jadi bukan kata ‘salat’ yang diketik tapi shalat. (biasanya penerbit yang bersangkutan akan membaginya pada editor mereka) 

Dan tips kelima, Editor ituuuu wajib berwawasan luas was was was, sekarang informasi tersebar luas yah, apalagi didukung dengan fasilitas teknologi yang canggih, jadi editor gak bisa cuek cuek beibeh lagi dengan kondisi sekitar ^_^ 

Makin semangat menjadi seorang editor nih, InsyaAllah Bisa!!! 

Nah, menjadi apapun kita, gak lengkap tanpa gak gila baca yah, termasuk Mbak Dee, sebelum sinting buku, ia gila buku dulu hahaha. Awalnya memang distimulus dari keluarga khususnya sang ayah. Ayah Mbak Dee punya hobi baca juga, jadi wajar banget Mbak Dee gila baca bahkan sekarang sinting baca buku :D So, bila nanti jadi orangtua dan anaknya mau punya hobi baca juga, maka mulailah dari orangtua khususnya ibu untuk gila membaca buku ;) 

Oh ya, kehadiran Mbak Dee juga gak bisa dipisahkan dari penerbit Noura Books, nah mumpung orang dalamnya disini, FLPers ada yang bertanya trik agar naskah kita bisa masuk ke meja redaksi Penerbit Noura Books. Hmm nyummy. Dalam pemaparannya Mbak Dee sampaikan bahwa sebenarnya sama aja dengan penerbit lain, hanya saja, sekarang agar naskah kita dilirik penerbit, maka sebaiknya baca pasar terlebih dulu. Contohnya paling sederhana: Pak Ridwan Kamil, walikota Bandung, nah kesohoran dan terobosan dia selama menjabat sebagai walikota yang unik menjadi ide seorang penulis untuk membukukannya dan akhirnya jadilah naskah biografi tentang pak walikota, sekarang lagi proses cetak. 

Iya juga yah :D 

Well, Hampir dua jam kami berdiskusi dengan Mbak Dee, gak berasa euy *yaiyalah cuma dengerin, yang berasa itu Mbak Dee nya hihihi* . Big Thanks Mbak Dee udah mau share info ke FLP Sumut dan bagi bagi buku terbitan Noura Books jugaaa loh untuk perpustakaan Rumah Cahaya FLP Sumut, semoga berkah *_* dan berkesempatan ke Medan lagi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar