Minggu, 04 Agustus 2013

Jujur dalam Bercita-cita



…ketika kita jujur pada Allah atas target-target kita, Dia akan menggenapkannya untuk kita. Pasti (Salim A.Fillah)
Kata bijak diatas aku jadikan status di akun Facebookku, dan tak berapa lama muncul notif dari sebut saja namanya Danu *emang namanya Danu  -_-* Danu ini memanggilku ‘cil’ sedangkan aku memanggil dia ‘tem’ sejarah panggilan cil dan tem itu bolehlah nanti kita adakan press conf nya yah bila ingin mengetahui keterangan lebih lanjut *kayaknya gak penting banget deh :D*
Balik lagi ke pembahasan :D, nah ada yang mau tahu dimana aku dapatkan kalimat bijak di atas? Yah apalagi kalau bukan dari buku yang sedang aku baca, tulisan Ustadz Salim A.Fillah.
Awalnya sama kayak Si Tem, aku gak ngeh dengan kalimat tersebut, tapi mari sini aku sederhanakan kalimat bijak di atas yah dengan sebuah pertanyaan paling popular sejak zaman dahulu kala, cita-cita kamu apa?
Semua orang sudah tidak asing lagi dengan pertanyaan itu kan?, apalagi sejak kecil sudah disuntikkan pertanyaan itu setiap kali jumpa dengan sanak saudara atau paling gak saat perkenalan di sekolah. Nah, kira-kira jawaban kamu apa? Beragam ya kan? Dokter, Polisi, Pengacara pokoknya gak jauh-jauh dari profesi, yah walaupun sebenarnya makna cita-cita gak sesempit itu setelah aku mengenal namanya hidup dan kehidupan *tsaahhh :D mendadak jadi sufi begini? Alias suka film – apaan sih?*
Cita-cita erat kaitannya dengan impian, keinginan, dan satu hal manusia adalah makhluk yang paling tidak pernah puas, betul? Untuk itu kita punya tombol untuk terus menyalakan “ingin”, what next ? what next? Dan what next dalam hidup. Kalau gak ada impian mah gak beda sama robot, hidup tapi gak ada nyawanya, gak ada nafsu, gak ada harapan. Justru dengan rajin menyalakan sinyal harapan dalam hidup, hidup kita makin lebih hidup.
Cumaaa, hanya sajaa, ternyata cita-cita kita tadi, tidak bisa jadi sekadar, sekadar cita-cita, sekadar ingin. Bila kita sekadar ingin, berarti kita belum benar-benar menginginkannya dan bisa jadi juga sebab itulah Allah menunda untuk menjadikan itu terwujud untuk kita. Nah Loh? :O
Dan, udah mau dekat ini kita dengan inti pembahasan, jadi sebenarnya impian, cita-cita, harapan dan kawan-kawannya itu harus kita detailkan, kita rincikan, kita buat proposalnya, kita buat kalender kerjanya, bah udah kayak organisasi aja. Emang, kita ini adalah organisasi, bener gak? Tersusun dari berbagai organ tubuh kan? :D ada hal yang sebelum kita bisa mengurus orang lain, memimpin sebuah kelompok, tentu kita harus bisa dan telah mengurus diri sendiri, mengorganisasi diri sendiri, kenal dengan diri sendiri, dengan begitu jadi lebih mudah deh menghadapi diri sendiri dan mengontrol diri sendiri. Masih ingatkan kata bijak yang ini, musuh paling nyata sebenarnya itu adalah diri sendiri. Kalau bukan kita yang menaklukkannya siapa lagi?
Termasuk urusan cita-cita, mau jadi Penulis, cukupkah dilisan saja, aku mau jadi penulis! Lalu? *krik krik*
Nah, rancang deh, mau jadi penulis itu … kalau perlu buat mind map, semacam peta dia. Bila susah mengawalinya, bisa diawali dengan pertanyaan 5W+1H dan pertanyaan tersebut ditanyakan ke diri sendiri yah, teori itu sungguh sangat membantu. Apa itu Penulis? Kenapa ingin jadi Penulis? Kapan kita bisa disebut jadi Penulis, buat rincian waktunya, kalender kerja yang aku bilang tadi di awal? Dimana nanti ruang kita bekerja? Bagaimana atau langkah apa yang membuat kita jadi penulis?
Hati-hati dalam menjawab pertanyaan untuk diri sendiri itu, sekilas gampang, tapi agak sulit, karena memang harus JUJUR, JUJUR pada ALLAH, artinya keinginan tersebutlah yang begitu amat sangat kita inginkan dan yang kita tulis dan yang kita bawa dalam tiap doa dalam sholat kita. Kalau sudah begini, apatah lagi, tunggu saja Allah akan menggenapkan cita-cita kita untuk jadi Penulis.
Penjelasan aku tersebut hanya contoh sederhana saja, masih banyak contoh yang lain, dan sudah aku praktekkan, hasilnya WOW, walau gak persis sedetil yang kita tuliskan tapi Allah mewujudkannya jauh lebih baik daripada apa yang kita detilkan. Gak percaya?
Contoh nyatanya saja, aku adalah orang yang hobi travelling ala ransel gitu deh, maklum masih ya oma ya oma :D, tapi aku gak peduli, sebaik aku punya keinginan untuk jalan-jalan, maka keinginan itu langsung aku tulis di kertas HVS bekas dengan menggunakan krayon, keinginan itu aku tulis sekitar awal tahun 2011, bunyinya kurang lebih seperti ini:
Aku ingin jalan-jalan ke Barus, Padang, Sumedang, Bangka Belitung
Udah empat destinasi itu saja di tahun 2011, eh siapa sangka di akhir 2011, ada rejeki bisa ke Barus dan tahun 2012 ada rejeki lagi ke Padang.

Sayangnya impianku itu gak aku detilkan, harusnya aku detilkan, misal: mau ke Barus, nah pake resep wawancara diri lagi pake rumus 5W+1H tadi, begitu seterusnya.
Aturan mainnya versi diriku adalah IMPIAN >TULISKAN >>> DETILKAN >>> TEMPEL DI TEMPAT YANG GAMPANG DILIHAT >>>  USAHA>>> DOA >>> lalu perhatikan apa yang terjadi.
SEMANGAT! Karena hidup adalah misteri, SUBHANALLAH! Kalau gak hidup itu misteri, mungkin aku gak akan segila ini berlelah lelah demi surga di kehidupan yang lebih abadi. Akhirat! Semoga bermanfaat, teman =)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar