Selasa, 28 Februari 2012

Miss Eksis Wanna Be


“Dulu kita hidup di desa, lalu kita hidup di kota dan sekarang kita akan hidup di internet…”
           
             Barangkali apa yang dikatakan tokoh Sean Parker yang diperankan penyanyi Justin Timberlake dalam The Social Network perlahan sedang menjadi kenyataan. Lihat saja fenomena yang terjadi saat ini, totally separuh hidup kita bergentayangan di internet. Lagi reuni-an misalnya, para undangan lebih banyak menghabiskan waktu temu ramahnya dengan BBM-an hampir tidak peduli dengan keadaan sekitar, saat makan, biasanya di tangan kanan sendok dan di tangan kiri garpu, tapi posisi garpu sudah diganti sama smartphone, sibuk ber-chatting ria, asal jangan salah masuk aja ntar ke mulut =D.
            Lalu, internet jugalah yang menyebabkan virus eksis supersingkat merebak, mau terkenal tinggal klik sana sini jadi dah. Nggak perlu ikut idol-idol an, nggak perlu ikut audisi ke PH, dan proses lainnya. Emang sih, jika buka televisi, rasanya gimana gitu jadi artis, terkenal, banyak duitnya, masuk televisi, bisa jalan-jalan gratis, wah…surga banget dah. Hari gini nggak eksis??? #nelen tipi =D
            Kadang terbersit juga keinginan untuk menjadi eksis dan terkenal seantero penjuru dunia, sehingga sering muncul kegilaan tersendiri, seperti nyanyi sendiri di depan cermin, jingkrak-jingkrak di kamar saat mengikuti irama musik yang diputar penyiar radio, dan itu semua seolah di kamarku ada kamera #gila yah =D, dan jika lagi ngumpul bareng teman seperjuangan dan satu kegilaan, maka kami mencairkan suasana dengan meniru gaya Feni Rose membawakan acara Silet, sampai mulut miring sana sini, ludah pun bergelimpangan dimana-mana #kasihan tu ludah.
Obsesi eksis dengan cara menjadi artis tak cukup sampai disini, dengan berkarung-karung kepedean yang aku punya, aku pernah ikut casting. Waktu main-main ke TB. Gramedia,  ada poster besar bertuliskan ‘Talkshow bersama Ahmad Fuadi dan Open Casting Film Negeri 5 Menara’.
Tidak berapa lama, HPku berdering dari ‘Mas Harry GPU’, ‘Sombong ya, dipanggil panggil ndak denger’ *lah lah daku langsung celingak celinguk* oalah Mas Harry ternyata juga lagi di sini toh. Mas Harry, Bapak satu anak asli Solo punya ini adalah marketingnya buku Gue Gak Cupu, sepetinya hari ini penuh silahturahmi, daku juga jumpa dengan Mbak Wiedya—staf TB. Gramedia juga. Senengnya =D. Pembicaraan kami pun heboh karena sudah lama tak berjumpa dan ujung-ujungnya Mas Harry dan Mbak Wiedya ndorong-ndorongaku buat casting  pemain Film Negeri 5 Menara. WHAT? CASTING?.
‘Ayo mbak, ikut aja’. ‘Iya mbak, ikut aja’ timpal Mas Harry. ‘Lah, bukannya yang dicari 5 peran saja, itu pun laki-laki’. ‘Ndak, mbak, mbak bisa ambil peran Sarah’, kata Mbak Wied lagi.
*hah? Sarah? Ooo..ni pasti tokoh yang ada di N5M, tapi aku lupa siapa tokoh itu*
‘Gak pa pa mbak, ikut aja, castingnya di lantai 3, sekarang lagi berlangsung’
Mendapat gempuran dari sana sini. Baiklah, aku ikut casting. *aku beli buku Ranah 3 Warna, bayar dikasir, isi biodata, tanganku distempel –dah kyk mau dikurban pake distempel hehehe- dan melangkahkan kaki ke lantai III sambil diantar mbak staf TB.Gramedia. Dalam hatiku, batin ini masih bertempur ‘yakin lo, mau ikut casting?’. Ah. Daku lagi ingin sejenak menggunakan otak kananku, Talkless Do More *no smoking, ini bukan iklan rokok ye :D*.

Di dalam ruang casting, ada seorang pemuda berbusana casual—kaos biru dan celana jeans- sedang ditatar untuk mempraktekkan acting, aku cuma bisa senyam senyum sendiri. Waduh…ntar lagi aku ni. Sementara pemuda itu bolak balik ulang adegan ‘Lo, harus pede dengan peran lo, Emang senyum-senyum gitu ya waktu lo menanyakan pacar lo selingkuh, ulang lagi ya adegannya, lo harus pede dan yakin dengan peran lo bla bla bla’ >>> rasanya aku pengen keluar dari ruang casting dan balik ke acara Talkshow A.Fuadi, soalnya pas aku masuk ruang casting pas pula acara talkshow baru akan sedang dimulai T_T.
Semenit dua menit tiga menit >>> 10 menit, ‘Oke, acting kamu dah mulai bagus, terimakasih, ini kami seleksi lagi, kalo cocok ntar akan dihubungi lagi’. Lalu, abang yang ngomong tadi membalik badan dan melemparkan senyum tanda bahwa, sekarang giliranmu.

Aku pun maju dengan ke-pede-an yang aku punya, walau sebenarnya tanganku dingin, jantungku sedikit agak bergemuruh :D. ‘Baru pertama kali ikut  casting ya?’ Tanya abang yang duduk disamping abang yang mirip Ahmad Fuadi sambil makan bubur.  ‘Nurul Fauziah’, abang yang mirip Ahmad Fuadi memastikan namaku. ‘Oke sekarang, coba isi biodata dirimu di whiteboard yang disana’. Setelah itu, si abang yang aku tak tau namanya tapi mirip-mirip Bang Ahmad Fuadi terutama style rambutnya :D, aku disuruh menghadap kamera dengan memegang whiteboard imut seukuran buku tulis dan JEPRET  *berasa calon tahanan deh, untung gak disuruh foto dari berbagai sisi sambil megang papan berisi biodata hahahahah.
Sekarang kamu silahkan perkenalkan diri kamu dan menghadap kamera ya? Silahkan mulai setelah saya katakan ACTION ya. ACTION yak! *mulailah daku bla bla bla SEMESTER 8 bla bla bla buku GUE GAK CUPU bla bla bla ASSALAMUALAYKUM*
Detik-detik prosesi casting dilanjutkan dengan memerankan tokoh yang akan kita mainkan di film ini. Aku ditawarkan tokoh Sarah. Parahnya, ketika ditanyakan abang2 penguji apakah aku kenal dengan tokoh Sarah, aku lupa :). Soalnya aku dah lama banget baca novel N5M, tapi setelah diingat2, Sarah itu adalah cinta pertamanya Alif, dia anak salahsatu Kiai yang mengajar di Gontor.  Mereka katakan tidak masalah, dan untuk selanjutnya aku disuruh berpikir adegan apa yang akan aku praktekkan dan membawakan peran Sarah yang santun, ceria, periang. Glek! Aku tergugu, adegan apa yang harus aku bawakan ya? Sambil mikir, aku disuruh duduk, tapi aku susah  disuruh mikir di ruang luas, diperhatikan beberapa orang, hehehe gak privasi banget. Tiga menit kemudian saking gak tahannya berlama-lama di ruangan ini, apa yang terlintas itu yang aku perankan. Aku putuskan untuk memerankan adeganku saat hendak janjian jumpa sama Dewi tadi siang. *Kalo mengingat adeganku yang dodol bin garing waktu casting itu, aku bakal ketawa sendiri.
Intinya, sampai saat ini aku tidak dipanggil untuk melakukan syuting film N5M beneran, toh filmnya bakal diputar 1 Maret ini di seluruh bioskop di Indonesia =D.
            Setidaknya, begitulah salahsatu aksiku sebagai Miss Eksis Wanna Be. Tapi, setelah aku pikir-pikir ke Roma itu kan gak mesti dari satu jalan, buktinya ada pepatah yang bilang ada banyak jalan menuju Roma dan ada banyak cara juga untuk eksis, gak mesti jadi artis atau politisi.
            Baiklah, aku memutuskan kembali ke duniaku, dunia tulis menulis. Sejak tahun 2006 aku mulai aktif menulis, dan tahun 2010 adalah tahun pencapaianku sebagai penulis yakni menghasilkan buku berjudul GUE GAK CUPU, aku pikir menulis buku salahsatu bukti eksistensi seseorang, dan setelah itu aku terus aktif menulis. Bagiku dunia maya adalah dunia yang memberiku kesempatan membuktikan eksistensi yang begitu besar, mulai dari maraknya lomba menulis di facebook dan berbagai situs, kemudian kuis-kuis yang berhadiah buku keren, bahkan ada sekolah menulis online. Serta fasilitas blog. Wah, jika tidak punya fasilitas internet, mana mungkin aku bisa mengikuti seputar dunia tulis menulis yang berkembang di dunia maya.
Internet yang Murah Meriah Mabok Online
            Melihat kebutuhan manusia yang begitu besar terhadap internet, apalagi aku yang penulis, tanpa internet, rasanya gimanaa gitu. Maka, kini banyak provider telekomunikasi yang menyediakan paket-paket internet unlimited serta murah meriah mabok ngabisin pulsanya hehehehe.
Salahsatunya AXIS, sesuai dengan jargonnya ‘GSM yang Baik’,  AXIS hendak komitmen dengan jargonnya itu, sebagai GSM yang baik, AXIS berupaya untuk semakin kuat semakin dekat. Tahun ini AXIS akan membangun lebih dari 6000 BTS yang tersebar di seluruh Indonesia. Jika sudah begini gak ada lagi tuh yang namanya gak online hanya gara-gara ‘Aku Gak Punya Pulsaaaa’. Dan semua rakyat Indonesia bisa mengakses internet dimanapun dan kapanpun. Internet untuk rakyat, memang AXIS banget dah.
            Supaya ritual online kamu gak terbatas, gak mungkin dong kemana-mana bawa perangkat netbook, laptop atau komputer, maka aplikasi internet di gadget ringan (HP, Android, dll) kamu mesti ada, dan pastikan providernya AXIS yaaa.
            So, menjadi Miss Eksis gak mesti mengandalkan kesempatan casting yang belum tentu ada tiap saat serta menjadi Miss Eksis juga gak mesti menggila tak tentu, arahkan gila untuk eksis itu pada hal positif, seperti eksis di dunia maya tapi teteup rutin menulis ke media massa dan menghasilkan tulisan di media cetak bahkan buku, jadi eksis nggak sekedar hobi berstatus ria di fesbuk ataupun berkicau ria di twitter tanpa menghasilkan apapun. Selain itu, eksis dengan internet bisa juga buat kita yang hobi berbisnis,  sekarangkan lagi tren reseller tanpa modal, nah modalnya cuma pulsa internet yang unlimited aja. Dan buat kita yang mahasiswa, pasti lagi heboh dengan isu kewajiban menulis jurnal sebagai syarat kelulusan strata 1, aku pikir sarana blog bisa dijadikan ruang untuk berlatih menulis, dan bisa hemat kertas juga kan.
Nah, Yang Muda Yang Eksis dengan AXIS tapi Juga Narsis, Cerdis (maksa banget, maksudnya cerdas) dan Manis serta berduit, kenapa gak? Lanjuuuttt lagi onlinenyaaa… =)


#Tulisan ini diikut sertakan dalam Lomba Ngeblog Bareng Exist

Klik dunia AXIS



Sabtu, 25 Februari 2012

We Are Family: Tentang Sesuatu yang Tak Akan Tergantikan


Disela-sela pengerjaan  skripshock, masih sempat pula daku nonton film ckckckck #jitak diri sendiri.
Yalah, namanya juga selingan, jika di force terus bisa putus saraf2 otak yang ada. Oke, kali ini wahai para movie freak, khususnya india movie freak. Tentu kamu tidak melewatkan film yang satu ini dong? We are Family (2011), ntah kenapa setelah sukses My Name is Khan, film india sekarang berbau kebarat2an yah, yang setting-nya di Inggris, London or Amrik, belum lagi yang bahasa indianya bercampur bahasa inggris, pokoknya film india sekarang tu yah, minimalis banget, Minimalis rasa indianya, taria-tarian juga berkurang, gak kayak film india yang jadul dulu, ada masalah dikit nari, ada bahagia nari, ada marah2 nari, ah, tiada hari tanpa nari dah, pusing @_@, gimana gak pusing, tiap kali nari, pasti muter2 tiang listrik ato gak muter2 di taman bunga dan padang rumput, cape deh #pingsan.

Yap, kita tinggalkan segala hal yang gak nyambung. Back to the topic. We are Family adalah film stepmom karya Christoper Colombus tapi ni yang versi indianya. Film india apa yang nggak sukses di tangan Karan Johar? Termasuk We are Family adalah hasil dari tangan dingin produser terkenal itu.
Karena daku belum pernah nonton stepmom, jadi belum bisa membuat perbandingan. Alkisah, Aman (Arjun Rampal) telah bercerai dengan istrinya, Maya (Kajol). Demi menjaga kondisi mental anak2nya atas kenyataan ortu mereka yang telah bercerai, mereka sepakat untuk tetap kompak menjaga dan merawat anak2. Setiap weekend anak2 dijemput dan nginap ditempat sang ayah, selebihnya anak2 bersama ibunya, namun setiap even penting dari kegiatan anak2 di sekolah, keduanya pasti menyempatkan diri untuk hadir, layaknya sebuah keluarga utuh padahal aslinya dah retak-retak *T_T, sampai disini, kenapa harus ada perceraian, ya Allah?*
Semua berjalan lancar, sampai suatu hari Aman telah jatuh cinta lagi dan memperkenalkan Shreya, kepada anak2nya. Tentu saja ini tidak mudah, anak2 sudah mencap bahwa Shreya bakal jadi penghalang utama atas perhatian ayah mereka kepada mereka.
Berbagai tindakan penolakan dari anak2 Aman dialami Shreya. Bahkan Shreya dijuluki ‘D’ oleh Anjeli yang artinya penyihir. Shreya kesal, namun lambat laun, anak2 mulai berdamai dengannya.
Konflik mulai menajam saat Maya divonis mengidap kanker rahim stadium akut. Wuaah…saatnya penonton dibuat termehek2.
Menjelang hari-hari terakhirnya, Maya memutuskan untuk memanggil Shreya dan memintanya menginap di rumah. Tujuannya, jika suatu hari Maya meninggal, Shreya lah yang akan menjadi pengganti ibu bagi anak2nya. Shreya ternyata mampu mengambil hati anak2 Maya dan Aman, melihat hal itu, timbul kecemburuan di hati Maya. Rumitkan? Iya memang rumit hehehehe.
Dua Bunda dalam 1 Atap
Suka deh nonton film yang inspiratif begini, oke pelan-pelan kita komen ya ttg film ini, menurut aku, yah namanya juga film, tapi ya dikomen aja lah ya.
Terkadang daku masih tidak mengerti dengan keputusan orang dewasa yang menikah lalu bercerai, hmm…betapa banyak korban-korban perasaan yang bergelatakan, dan entah sampai kapan luka itu akan mengering atau selamanya menganga.
Lalu saat Maya divonis mengidap kanker, Aman memutuskan kembali ke Maya, padahal mereka sudah bercerai. Sulit juga sih posisi kang Aman, tapi apa ndak ada keluarga Maya gitu, yang bisa membantunya menjalani hari-hari terakhirnya, ini mah kagak, Aman dan Maya, malah hidup bersama dalam satu atap, weleh…weleh..itu namanya zina ya kan?, ya, semoga kita tidak termasuk dalam golongan yang seperti itu ya, kalo cerai ya cerai saja. Ntah ngapain kemaren ntu pake cerai segala? #kenapa jadi penonton yg esmosi??? *nenggak teh manis dingin*
Nah, yang bikin esmosi penonton lagi, ide Maya yang mengajak Shreya tinggal di rumahnya, bayangin, mantan istri dan mantan pacar, bersatu dalam 1 atap, can you imagine that?, kalo aku jadi anak2 mereka, beh dah bingung dari kemaren2. Tapi yah itu tadi, namanya juga film. Hmm…lagi2 We are Family. Hehehehe.
Happy Watching ja deh!
Quote yang guwe suka adalah saat…Shreya dan Maya berdialog di taman, ceritanya Maya membujuk Shreya nginap di rumah, maka terjadilah dialog seperti berikut:
Shreya: Aku wanita karier, Maya, bukan tipe seorang ibu
Maya: (tersenyum) Jika kau seorang wanita, maka kau adalah tipe seorang ibu, …let me tell you…Setiap gadis memiliki formula ibu yang tersembunyi di dalam dirinya, segera setelah ia lahir, wanita karier sepertimu lupa ini, tapi ketika saatnya tiba, kau akan ingat segalanya.
Apapun itu, jika kita keluarga, maka tidak ada posisi yang bisa menggantikan posisi yang lainnya, setiap peran keluarga punya posisinya masing2 dan itu tak akan tergantikan. Selamanya menjejak di hati. Aseeekkk ^^

Seminggu Taklukkan Rasa Takut #2


        Maghrib menyapa kotaku dan aku pun tiba di kamar tercinta. Lekas aku sholat dan bersiap-siap untuk pergi lagi menuju Kota Pinang. Awal Februari yang penuh petualangan heheheh.
        Senin pagi 6-8 Februari adalah jadwalku sebagai relawan Djalaluddin Pane Foundation (DPF) untuk mengikuti Temu Ramah dengan Para Sukarelawan lain yang bernaung di bendera PMKS Herfinta, Sapta dan satu lagi apa ya nama pabriknya hehehe *lupa* pokoknya keluarga pengusaha kelapa sawit yang tersohor di Labuhan Batu dah.
        Nah, jadilah tanggal 6 itu para suker alias sukarelawan keren dijadwalkan untuk outbound, demi mempererat kekompakan. Outbound dilakukan di kawasan Bumper PT. Asam Jawa Torgamba. Ada 9 wahana yang mesti dilewati.
        Sebelum menjelaskan wahana apa sajakah itu, tante mau curcol dulu #jiaaahh…dah tante tante buuukkk??? *soktua* =D
        Mendengar kata outbound saja, rasanya seperti ngimpi, soalnya kan kalo mau ikutan outbound biayanya mahal ya kan?, jadilah diriku hanya membayangkan betapa serunya meluncur dari ketinggian dengan menggunakan tali, terus merayap di tanah, masuk terowongan, bergelantungan awuwooo kayak terzan, manjat tali, meniti tali yang dibawahnya banyak piranha lapar *becanda hihihi*, dan terakhir flying fox, wuhuuuu… Dan, undangan dari pengurus untuk para suker bener2 keren deh, makanya daku bela2in ikut hihihihi.
        Oke, para suker dibagi ke dalam beberapa tim, daku kebagian tim Nuri, 1 tim berjumlah 4 orang. Nah, para instruktur outbound benar2 sudah terlatih untuk menggunakan berbagai peralatan outbound, bahkan peserta outbound tidak sembarang ber-outbound ria, tiap tim dinilai juga loh, ini yang asyiknya.
        Tantangan pertama adalah Refling,  jika dilihat dari bawah, alaaahh gampangnya,okeh saat giliranku tiba, mulailah peralatan aneh dipasangkan sendiri ke diri sendiri, tali, besi berbentuk angka delapan, serta sarung tangan. Menuju ke tempat paling tinggi itu, aku harus memanjat tangga besi terlebih dahulu, hadehh…dah harinya panas, belum lagi tangganya yang seram, jika liat ke bawah perutku mual, tingggiiii…Alhamdulillah dengan semangat membara, sampe juga ke puncak, nah di puncak inilah, peralatan tali temali ditubuhku akan disambung dengan tali agar dapat meluncur ke bawah dengan perlahan, Umaaakkk…kukira rasa takutku udah takluk pada pelatihan sebelumnya yang aku ikuti di Sibolangit Centre, tapi ini bener2 beda. Setelah semua selesai, dan aku tinggal meluncur saja, instruktur berulangkali meyakinkanku, ‘Gimana? Dah siap?’, daku hanya menatap instruktur dengan wajah paling cute sedunia, pdahal aku takut sepertiga hidup @_@. Ku pacakkan kaki di tepi bangunan, kudengar instruksi dari instruktur bahwa tangan yang dibelakang diregangkan saja, jangan terlalu ketat, ok ok ok aku bisa, dan yang ada tangan kanan dibelakangku tetap kaku, kakiku kaku hahaha, luculah pokoknya, yg penting akhirnya aku bisa menjejak tanah kembali. Ampuunnn dah @_@

Setelah refling, dilanjutkan untuk merangkak, jangan sampai badan kena rintangan berupa kawat, huwaaa…tangan dan sikuku bersakitan, tapi dilewati juga.

Dah mirip kayak pelatihan tentara2 tu lah, lalu, tim diminta melompati susunan papan yang tingginya 1 m, oh God, macam melompat batu yang kayak di Nias itu, hahaha…untung saja aku jago manjat pohon jambu depan rumah sewaktu kecil dulu. 

Tantangan berikutnya, memasuki terowongan, alaahh ini mah gampang, tapi takut juga sih, gimana klo di dalam ada ular dan sebagainya @_@. Terowongan itu tembusnya ke danau buatan, di tantangan ini peserta harus bisa meniti tali yang dibawahnya ada danau. Alhamdulillah terlewati sudah.

Derita belum selesai, peserta diminta bergelantungan di tali untuk menyeberang, dan aku? Gak berhasil, yang ada malah jadi mandi lumpur hahahah. ^_* #gak lulus lah jika ada audisi Tarzan mencari istri hihihihi

Berikutnya adalah memanjat tali dan menjatuhkan diri ke matras. Utk tantangan yang satu ini, aku nyerah. Ampuunnn dah, sebelum tubuhku nyampe, nyawaku mungkin bakal tertinggal di ujung2 tali yang aku pijaki sebelumnya hahahah #lebay :p

Terakhir, fying fok, yipppiieee…dari zaman dulu…aku pengen banget meluncur pake flying fox ini, dan dream came true. Aaaaa….aku meluncur. Mahaph gak da potonya sodara2, pas pula awak lagi ber Flying Fox ria, tukang potonya malah masih merayap di tanah hihihihi 
Habis kita berpanas-panas dan berlelah lelah ria, setelah makan siang, kami langsung bermain bebek dan main air di water boom ^_^
kiki naek bebek =D
Di bawah Kelapa Sawit, kita naris euy
cherrybelleeeeeeee...in the water boom hihhihihi
Ah…Februari yang happy dah. Sejenak masalah terlupa, walau…sejatinya disaat yang sama daku berada diposisi memilih diantara beribu pilihan #bingungkan? Cukup aku ja lah yang tau…yang penting outbound hahahahha.
Enjoy the life, girl! =) Life is an adventure *bukan iklan susu* ^_^
Thanks DPF, Thanks to Allah

EMAK DAN PENGEMIS


          Jadi, ceritanya daku lagi baca buku Emak: Penuntunku dari Kampung Darat sampai Sorbonne karya Daoed Joesoef. Nah, ada bab yang begitu inspiratif menurutku. Karena aku baik hati dan sesekali aja nyiram bunga di rumah yang lebih sering nyiram bunga nenekku #lah, apa hubungannya? =D, maka bab Emak dan Pengemis aku ketikkan demi kalian para zee’s reader #eaaaa…
Mahaph, gak satu bab ini aku ketik, bisa kriting jari2ku yg belum diasuransikan ini yaaa heheheh. Enjoy the show…kalau mau tau cerita lengkapnya, beli n’ baca ndiri bukunya ya, buat kamu anak pers kampus, ni buku nolong banget buat naskah indeep reporting atau jurnalisme narasi kamu. Deskripsinya itu loh…hmm…setting Medan tempo doeloe dalam cerita ini nge-taste banget. Jangan ngaku anak Medan, kalau belum baca novel keren ini apalagi dilengkapi dengan buku nonfiksi terheboh abad ini Gue Gak Cupu (GPU, 2010)  #jiaaahhh…jiwa marketingnya kumat# dibeli yaaaaa…. ^_^
Satu lagi, ttg novel yang hanya menceritakan Emaknya dari awal bab sampai akhir bahwa semua Emak punya cerita masing-masing di mata anak-anaknya *yaeyalah*, so, apa ceritamu ttg emakmu? #dahh…mulai mirip-mirip iklan masa kini hihihi, tak apalah =D
‘Saya benci kepada pengemis,’ kata emak setiap kali ada peminta-minta datang ke rumah.
Emak melarang semua anaknya untuk meladeni setiap pengemis di mana pun.
‘Kan dapat pahala, Mak?!’ kata Kak Marni
‘Pahala apa, masak Tuhan memberikan ganjaran atas perbuatan kita dalam mendukung perbuatan yang membencikan,’ jawab emak.
Yuhuuu…kembali ke admin yang dahsyat ni, jadi si emak dalam penjelasan berikutnya menguraikan tiga alasan kenapa ia benciiiiiiii…sama pengemis, yokkk…bekicot!
1.     Orang ini dengan sengaja menyalahgunakan ayat-ayat suci untuk membenarkan perbuatannya, seolah-olah ayat-ayat itu diturunkan memang demi membenarkan kepengemisan. Dengan begitu dia juga sebenarnya telah merendahkan derajat dan martabat agama kita. Coba lihat, katanya mana ada orang Kristen yang sesudah sembahyang di gereja pada hari Minggu, lalu berjejer duduk meminta-minta di kanan-kiri jalan yang menuju ke gapura ke luar sambil mengucap-ucap doa, seperti yang lazim dilakukan oleh kaum muslim selepas sembahyang Jum’at di masjid. Dengan mengucap-ucapkan ayat-ayat, para pengemis itu sebenarnya bukan ingin mencari atau mendekati Tuhan, tetapi berniat atau memperoleh berkah-Nya saja.
2.     Dengan meminta-minta sambil berdia itu, si pengemis mengutak-atik rasa keseagamaan dan kemanusiaan kita. Dia dan kita memang seagama, tetapi apa yang dilakukannya itu jelas bukan yang diperintahkan oleh ajaran Islam. Kita memang harus berperikemanusiaan, tetapi apa yang dilakukannya itu jelas tidak sejalan bahkan bertentangan dengan ketentuan budi dan akhlak manusia yang terpuji. Menurut paman dan bapakmu, para pengemis yang bersila di pelataran masjid pada umumnya meletakkan uangnya sendiri di hadapan mereka. Dan tidak tanggung-tanggung, uang recehan yang bernilai besar lagi, mulai dari kelip, ketip, hingga talen, agar mengesankan sudah ada orang-orang dermawan yang member banyak sedekah. Bukankah perbuatan itu merupakan satu penipuan.
3.     Dengan meminta-minta itu, si pengemis  tidak hanya menipu kita tetapi juga membohongi dirinya sendiri. Dia menipu kita karena telah menutup-nutupi kemalasannya. Dia pasti malas mengingat masih ada jerih payah lain yang merupakan sumber penghasilan yang halal. Tanpa pernah sekolah, tanpa menjadi kuli kontrak, misalnya setiap waktu kalau dia mau dia bisa diterima bekerja di perkebunan tembakau sebagai pencari ulat dan telurnya, sebagai penakik getahnya, sebagai pemetik kelapa sawit. Kalau dia tidak segan-segan berkeringat, dia bisa membantu peladang-peladang yang berlahan luas yang sekarang kabarnya sudah bingung karena kekurangan tenaga. Bahkan ada yang menipu dengan berpura-pura menanyakan alamat seseorang, kemudian meminta uang dengan alasan kehabisan ongkos untuk pulang pergi ke kampung asal. Dia membohongi dirinya sendiri dengan berbuat seakan-akan tidak ada jalan lain untuk mencari duit selain dengan cara mengemis.

‘Ya, Mak, tapi’kan ada pengemis yan berbadan cacat,’ potong Kak Ani, ‘buta, tangan atau kaki puntung…!’
Sampai disini Mak beragumen bahwa cacat adalah pengecualian, namun orang cacat kata mak, kalau mau dapat menghasilkan sesuatu sebagai sumber kehidupan.
‘Biasanya yang mengemis itu ‘kan orang miskin, Mak,’ aku turut berbicara, ‘jadi memang perlu bantuan’.
‘Setelah mengamati mereka yang secara teratur datang mengemis ke sini,’kata emak, ‘tampang, keadaan tubuh serta pembawaannya menunjukkan bahwa mereka bukan miskin benda. SEBENARNYA MEREKA LEBIH BANYAK MISKIN DALAM PIKIRAN, GAMBARAN DAN LEBIH-LEBIH DALAM KEMAUAN.
....
Sampai disini daku potong yaaa…panjang kali ceritanyaa…jadi kita lanjut ke hal paling inti yang disampaikan Emaknya Daoed Joesoef, berikut ini, bekicot! ^_^
Maka kalau kita melayani kehendak pengemis begitu saja dengan dalih kemiskinan, kita tidak hanya tidak mendidik mereka, tetapi lebih-lebih juga tidak mendidik diri kita sendiri agar bisa lebih tepat dalam bertindak. Jadi jangan sembarang menabur kebaikan. Memang agama Islam mewajibkan kita memberikan zakat fithrah kepada kaum fakir miskin. Dan itu dibagi-bagikan kepada penduduk yang dinilai betul-betul miskin, berkekurangan dan pantas menerimanya.
          Cerita selanjutnya, masih di bab yang sama, Emak si Daoed ini pernah didatangi wanita yang mengemis ke rumahnya, setelah ditelusuri Emak, ternyata wanita ini terpaksa mengemis karena suaminya sakit dan tidak bekerja, tapi butuh uang untuk berobat, singkat cerita si Emak pergi bersama wanita itu untuk membuktikan ceritanya, ternyata betul, Emak pun membwa suami si wanita itu berobat bahkan sampai sembuh, baiknya lagi emak member modal kepada keluarga wanita itu, yah akhirnya usaha mereka berkembang, mereka pun berterimakasih pada Emak.
          So, What do you think? Memberi ikan langsung atau memberi kail dan cacingnya?