Jumat, 29 Agustus 2014

IKAPI: Tempat Kumpulnya Penerbit Se-Indonesia

-->
 
plus.google.com
Tak kenal maka tak cinta, tak cinta maka kenalan hehehe :D yang sudah kenal dengan IKAPI mana suaranyaaaaa? Ya, mungkin diantara kita sudah tahu atau malah sekadar tahu, sudah gitu aja. Nah, biar makin tahu, yuk kenalan dengan IKAPI lebih dalam lebih dalam dan lebih dalam.

IKAPI adalah singkatan dari Ikatan Penerbit Indonesia, satu-satunya wadah tempat bernaungnya penerbit di Indonesia sejak 64 tahun lalu tepatnya 17 Mei 1950 di Jakarta dan masih eksis sampai sekarang. Atas prakarsa dan kesepakatan beberapa penerbit, IKAPI berdiri, dilatarbelakangi betapa besarnya pengaruh penerbit asing, yakni Belanda menguasai aktifitas penerbitan di Indonesia, dan IKAPI ada untuk menggantikan posisi penerbit asing tersebut, selain itu juga, adanya IKAPI merupakan keinginan besar untuk jadi partner pemerintah dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas.

Adapun tokoh dibalik layar tegaknya bendera IKAPI ini adalah Sutan Takdir Alisjahbana, M. Jusuf Ahmad dan Nyonya A. Notosoetardjo.

Awal berdirinya IKAPI hanya beranggotakan 13 penerbit, Lima tahun kemudian, anggota IKAPI bertambah, menjadi 46 penerbit, yang mayoritas berlokasi di Pulau Jawa dan Sumatera. Bila flashback lagi perkembangan IKAPI ini, ternyata kota yang menjadi basis penerbitan di Indonesia ini bukan Jakarta, tetapi Medan *bangga saya jadi anak Medan :-B* . Sejak tahun 1952, Medan punya organisasi yang mengumpulkan penerbit dan pedagang buku local, namanya Gapim (Gabungan Penerbit Medan), anggotanya 40 penerbit dengan 24 diantaranya adalah pedagang buku. Mengetahui hal itu, IKAPI pun mengajak Gapim untuk bersatu. Pada September 1953, melalui kunjungan Ketua IKAPI ke Medan, Gapim akhirnya bersedia menyatukan diri dengan IKAPI, dan jadilah IKAPI Cabang Sumatera Utara pada Oktober 1953, anggotanya waktu itu 16 penerbit. *baru tau awaklah -_-“ helllooo oh em ji, kemana aja dakuww?*

Setahun setelahnya, 1954, tanggal 16-18 Maret, IKAPI mengadakan kongres pertamanya loooh, Hasil dari kongres ini, resmilah wilayah Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Barat dan Sumatra Utara sebagai cabang-cabang IKAPI, selain itu dalam kongres pertamanya, IKAPI meluncurkan majalah tentang dunia buku, nama majalahnya Suara Penerbit Nasional, namun sayangnya hanya bertahan sampai enam edisi. *hiks*

Sekarang seiring berdenyutnya jantung penerbitan Indonesia, pada tahun 2013 anggota IKAPI berjumlahkan 1.126 penerbit yang tersebar di seluruh Indonesia. Dan telah menambah dua cabang, yakni di Yogyakarta dan Jawa Barat, serta memiliki tiga kantor perwakilan di DI Aceh, Sumatra Selatan dan Bali.

Total 1.126 penerbit itu sebenarnya masih mengiris hati, karena setengah dari total anggota penerbit tersebut berdomisili di Pulau Jawa, selebihnya tersebar tak begitu merata, bahkan di Kepulauan Riau, Jambi, Kalimantan Selatan, dan Papua, anggota IKAPI hanya satu penerbit. Padahal, tiap tahun Indonesia menerbitkan sekitar 30.000 judul buku, WoW O_O berartikan masih banyak penerbit di Indonesia yang belum mendaftar ke IKAPI.

Nah, perkenalan terakhir dari IKAPI saya tutup dengan Visi dan Misi IKAPI, ini penting untuk diketahui, supaya, urusan buku, terbit menerbit bukan menjadi urusan IKAPI semata tapi sinergi dari semua pihak, setujuuu?

Visi IKAPI adalah menjadikan industri penerbitan buku di Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan dapat berkiprah di pasar internasional.

Sedangkan Misi IKAPI adalah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa melalui upaya penciptaan iklilm perbukuan yang kondusif, pengembangan sistem perbukuan yang kompetitif, dan peningkatan profesionalisme asosiasi serta para anggotanya sehingga perbukuan nasional mampu berperan secara optimal demi mempercepat terbentuknya masyarakat demokratis terbuka dan bertanggungjawab.

Bagaimana? Sudah kenalkan dengan IKAPI? Nah, yang bercita-cita punya penerbitan, dari sekarang kenalan dengan IKAPI, gak pun punya penerbitan, paling tidak yang hobi menulis dan suatu saat bakal melahirkan buku, hmm…harus tahu juga IKAPI itu apa. Oke? Fix?
Info lanjut mengenai IKAPI, IKAPI ada di twitter @IKAPIPUSAT. Sekretariat IKAPI  berada di Gedung IKAPI, Jalan Kalipasir, No. 32, Cikini-Jakarta Pusat.

Peran IKAPI di Dunia Batu (Baca Tulis)

Nah, sebelum saya menyampaikan tentang peran IKAPI di dunia baca tulis, yuk kita sama-sama intip, di IKAPI itu bidang-bidangnya apa saja yaaaa…lagi-lagi kita jelajahi situs resmi IKAPI http://ikapi.org/about

Jadi, pengurus IKAPI itu diambil dari perwakilan para anggota penerbit, dan bidang-bidang yang menjadi concern adalah : Hak cipta, hubungan dan kerjasama Dalam Negeri dan Timur Tengah, Hubungan dan Kerja Sama Luar Negeri, Informasi, Promosi Buku, Pengembangan Minat Baca, Buku Pelajaran, Buku Umum dan Agama.

Adapun peran yang saya harapkan dari IKAPI adalah:

Pertama, Awasi Konten Buku Bacaan Anak

Belakangan ini dunia buku dihebohkan dengan konten porno yang halus sekali memasuki ranah bacaan buku anak, tidak hanya itu, buku pelajaran pun kita kecolongan, ada apa ini? Sepertinya visi mencerdaskan masyarakat Indonesia mesti digigit kuat-kuat di geraham penerbit yang ada di Indonesia.

Kedua, Tingkatkan Terjemahan Buku Karya Anak Indonesia untuk Konsumsi Masyarakat Internasional

Jiaaahahah, kepanjangan poin nomor dua hehehey, tapi paham ya maksud saya? Selama ini Indonesia kebanjiran buku impor yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Nah, yang jadi pemikiran saya adalah, kenapa Indonesia gak buat yang demikian? Dan masih baru beberapa karya saja, seperti Andrea Hirata, A. Fuadi, Helvy Tiana Rosa, yang diterjemahkan, adapaun diterjemahkan masih untuk konsumsi negera tetangga kita, yookk saatnya karya anak bangsa go international.

Ketiga,  Sinergi dengan Guru di Indonesia untuk Meningkatkan Minat Baca

Minat baca, dipupuk sejak dini, bukan sejak ia menginjak bangku kuliah. Saya heran, di Negara maju, mengapa mereka bisa menerapkan program membaca buku pada anak didiknya. Dalam setahun diwajibkan membaca sekian puluh buku baru bisa lulus sekolah. Nah, kenapa IKAPI tidak bersinergi dengan para guru untuk menerapkan program seperti itu, paling tidak yang dibaca adalah karya sastra lama, tentunya dibaca oleh siswa yang kemampuan membacanya sudah mumpuni, seperti dimulai dari kelas 4-6 SD, lalu SMP, SMA dan Perguruang Tinggi.

Dan seandainya jika saya jadi pengurus IKAPI, *ngebayanginnya udah kayak mau mencalonkan presiden aja, hihih* #benerin kacamata

Saya akan menjadi pengurus yang lebih down to earth, artinya IKAPI tidak bisa fightsendiri, ada banyak masyarakat berlian di pelosok Indonesia yang punya visi sama dengan IKAPI mencerdaskan masyarakat Indonesia, ada yang membangun taman baca, sanggar anak jalanan, dan gerakan sosial lainnya yang tidak jauh-jauh dari dunia baca tulis. 

Nah, masyarakat yang peduli ini yang kita rangkul, jadikan partner agar program IKAPI menyebar. Selama ini, pengurus IKAPI hanya bergerak dari satu workshop ke workshop di gedung mewah, dari satu seminar ke seminar yang lain. Lihat kebutuhan baca anak Indonesia, sebagian besar masih mengandalkan buku warisan saudaranya, padahal jika penerbit seluruh Indonesia mau bersatu, mungkin kebutuhan buku untuk anak-anak dan masyarakat yang tidak mampu beli buku bisa terpenuhi,

Ah, betapa bercahayanya Indonesia, jika masyarakatnya sudah haus ilmu, baca buku menjadi suatu gaya hidup dan kebutuhan. Keren kali lah *_* 

#Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014 . Tema Kelima : IKAPI 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar