Senin, 23 Februari 2009

YANG PUTUS YANG DIKEJAR




Pemandangan Unik


Ada pemandangan yang unik setiap sore di sepanjang jalan yang sering saya lewati sepulang mengajar mengaji yakni melihat sekelompok anak—mungkin sekitar tiga atau lima orang yang ramai-ramai berlari mengejar layang-layang putus. Satu hal unik dari yang terunik lainnya yang hanya terjadi di Indonesia tercinta ini selain istilah tarik tiga saat mengendarai sepeda motor, mudik ke kampung halaman saat lebaran, naik odong-odong dan lain sebagainya.

Kadang saya suka tak habis pikir. Apa asyiknya mengejar layang-layang putus?. Padahal harga layang-layang tak begitu mahalnya—istilahnya tak samapi jual tanah, untuk ukuran sekarang mungkin harganya sekitar lima ratus perak sampai seribu perak, tidak sebandingnya dengan capeknya berlari hingga kiloan meter, belum lagi buat beli plester untuk mengobati kaki yang lecet dan berdarah akibat terantuk batu.
Bahkan layang-layang putus yang tak seberapa itu dikejar mati-matian, berlari di jalan tanah dan aspal dengan suara kaki bergemuruh, masuk gang keluar gang, meloncat pariit, memanjati pagar rumah dan sekolah. Tak peduli kendaraan yang bersileweran di kiri dan kanan yang bisa saja membahayakan diri karena mata ini terus menatap ke langit memantau posisi jatuh layang-layang, tidak sempat untuk melihat apapun yang ada di depan. Yang menghalangi rute perngejaran, semua di terobos. Sehingga sudah kejadian di Jawa ada anak yang gara-gara mengejar layang-layang tewas tertabrak mobil.

Sang Pemburu Layang-layang


Saya hampir berhasil mewawancarai seorang anak yang sudah menggantung tiga layang-layang berwarna emas di punggungnya, saya pikir dialah jawaranya tapi setelah saya mendekat padanya. Eh, si adik keburu mengejar layang-layang lagi. Aduh, capek deh.

Rasa penasaran saya tak terbendung lagi akhirnya saya mencari jawaban rasa penasaran saya dengan membuka blog orang yang punya pengalaman pernah mengejar layang-layang pada jaman dulu.

Sebagian para blogger sekaligus mantan pemburu layang-layang itu menuliskan pada blognya bahwa alasan kenapa begitu senang ikut mengejar layang-layang waktu itu adalah karena ramainya para pemburu dan serunya itu bahkan para bapak-bapak pun tak mau kalah ikut juga berpartisipasi mengejar layang-layang sampai rela di omelin isteri.

Selain itu gara-gara mengejar layang-layang, tak jarang kita jadi punya banyak teman sesama pemburu layang-layang dan melatih bakat lari yang selama ini terpendam.

Istilah Dalam Bermain Layang-layang


Ternyata bukan dalam pelajaran ekonomi, biologi, dan mata pelajaran lainnya yang punya istilah-istilah rumit sesuai bidangnya.

Tapi dalam dunia perlayang-layangan pun juga tercipta istilah-istilah unik bahkan tidak tercetak pada kamus bahasa indonesia penerbit manapun.

Dalam blognya Bill Antoro menuliskan bahwa, “ Aku tak tahu apakah ini istilah umum, namun inilah istilah yang kudapat dari pergaulan dengan teman-temanku yang bersuku Betawi dulu”.

Gelasan, benang tajam untuk aduan. Lasnur, benang dari tali pancing yang dilumuri bahan pembuat gelasan sehingga tajam. Kenur, benang standar yang tidak tajam. Talikama, ungkapan untuk benang yang mengait pada dua bagian rangka bambu di atas dan bawah layang-layang. Manteng, posisi stabil layang-layang. Singit, layang-layang tidak stabil saat mengudara. Pongkol, menjatuhkan layang-layang ke benang dekat tangan lawan. Dol, ‘mencuri’ benang lawan yang kalah adu. Ngimpul, layang-layang putus terbang jauh tinggi. Ngentip, layang-layang terbang tinggi kadang sulit terlihat. Tarik-tarikan, kondisi di mana dua layang-layang bertemu dan gesekan benang di antara keduanya tak menyebabkan salah satunya putus.

Tradisi Yang Mulai Langka


Walaupun tradisi bermain dan mengejar layang-layang di perkotaan tak semeriah di pedesaan dan bahkan mulai langka, akibat terbatasnya ruang bermain anak-anak yang ada di perkotaan bahkan sudah dikalahkan dengan permainan yang berteknologi seperti Playstation, Game on Line, dan lain sebagainya.

Namun, satu pelajaran yang dapat kuambil dari kondisi anak-anak Indonesia bahwa ditengah gempuran zaman, kesulitan diberbagai bidang khususnya ekonomi, ‘Sungguh beruntung manusia yang dapat mengail kesenangan dalam kondisi apapun dari hal-hal kecil yang sederhana”.

Mudahan-mudahan saja tradisi ini tidak benar-benar hilang tergerus zaman, karena inilah yang akan kita rindukan dan akan menjadi bahan kenangan, bahan cerita untuk anak cucu kita kelak. Tidak hanya untuk permainan layang-layang dan mengejar layang-layang putus, tapi juga untuk permainan rakyat lainnya, semoga tetap eksis dan anak-anak Indonesia bangga memainkannya.

Senin, 16 Februari 2009

Berbagai Dilema Ketika KHS Dibagikan

Berbagai Dilema Ketika KHS Dibagikan

“Ketika kita diragukan kredibilitasnya, diremehkan apapun yang kita lakukan, maka tunjukkanlah akhlak mulia dan kecerdasan emosimu. Setiap orang memiliki hati nurani maka sentuhlah nuraninya dengan kelembutan akhlak dan kekuatan ayunan do’a”.

Hari Complain Se-IAIN SU

Welcome back to campus!!!, bagaimana perasaan kamu setelah sekian lama penantian bolak balik habiskan ongkos dari rumah ke kampus atau dari kampung halaman bela-belain ke kampus demi mengetahui hasil belajar kamu di semester lalu?. Beragam kali ya, ada kecewa, capek, marah, asem, asin, manis (lah kayak lemon tea aja).

Itulah hidup,anak muda, penuh perjuangan. Tappi, setelah KHS keluar rasa kecewa gara-gara menunggu dan menunggu lenyap seketika. Eits…tapi tunggu dulu, lagi-lagi perjuangan belum berkahir anakmuda. Setelah KHS sudah di tangan dan di depan mata tertulis di sana, mata kuliah “X”, 4 SKS, E, gubrak!, atau terdengar komentar kok dapat C? aku kan rajin, rajin nabung, rajin sholat, bla…bla…bla. Dan ekspresi lainnya yang beragam saat KHS dibagikan, semuanya kembali kepada masa lalu, mengingat-ingat dosa apa yang telah diperbuat pada semester lalu. Mungkin bisa dibilang hari itu adalah Hari Complain Se-IAIN SU.
Kayak pengalaman sobat saya yang buat hati ini sedih, miris, kecewa, marah, sakit hati. Diaman-mana tu ya dosen itu gak pernah salah (ingat Pasal 1 Dosen tak pernah salah, Pasal 2, Kalau dosen salah, kembali pada Pasal 1) yang ada malah mahasiswa yang dirugikan.

Jadi ceritanya begini, pada mata kuliah 4 SKS ini sobatku itu dapat nilai C, dia seorang yang mendapat C, jelas ini adalah tindakan ketidakadilan. Setelah di complain pada dosen ybs, ternyata ada nilai tugas yang kosong. Padahal waktu pengumpulan tugas akhir, sobatku iu ngumpulnya di depan mata kepala dosen itu, teman-teman sekelas saksinya. Lalu kami tanyakan lagi pada dosen itu,boleh kami lihat tugas akhir kami yang kami kupulkan berupa makalah itu, mungkin saja nama sobatku terselip. Dengan entengnya sang dosen menjawab,makalah itu sudah tidak ada lagi (dah di bototkan kali ya?). Kesal gak sih???. Kesalahan sebenarnya terletak pada siapa sih?. Dah gitu sodara-sodara, sang dosen yang merasa dia yang paling benar ini, betapa susahnya minta ampun untuk memintanya mengubah nilai sobat saya itu. Setidaknya jika sang dosen tersebut merasa bersalah dengan bijaksana dia mau mengubah nilai sobat saya, paling tidak dengan nilai B dan mengakui bahwa sobat saya itu mengumpulkan tugasnya. Tapi, ini lain ceritanya berkeras sang dosen tetap tidak mau mengubah nilai sobat saya. Masalahnya bukan terletak pada nilai C atau B tapi, lebih kepada jerih payah sobat saya saat membuat makalah tugas akhir tersebut, bagaimana saat sobat saya berjibaku mencari bahan di internet, ongkos mengetik dan menjilid makalah, ongkos internet yang pada akhirnya tidak diapresiasi dan dikosongkan nilainya, palaknya lagi makalah yang telah kami kumpulkan telah tidak ada lagi keberadaannya di tangan dosen itu.

Tapi, bagaimana pun hak si kawan ini harus diperjuangkan. Karena kata orang bijak, Kesabaran itu adalah sesuatu yang terpji kecuali,ketika agama dihina, harga diri dikoyak, dan HAK DIRAMPAS.

Tips-tips Complain
Satu hal yang harus dihindari oleh kedua belah pihak (mahasiswa dan dosen ybs) saat ber-complain ria adalah marah. Kalau semuanya marah siapa yang mau didengarkan dan mendengarkan.

Berikut adalah tips complain nilai, yang baik dan benar dari penulis berdasarkan pengalaman, guru kehidupan yang paling baik:
  1. Siapkan bukti atau pembelaan yang sebenranya dari mahasiswa ybs bahwa pada saat perkuliahan sang mahasiswa menjalani semua prosedur kegiatan belajar seperti jarang absen, selalu mengumpulkan tugas tepat waktu, dll. Be honest aja lah!.
  2. Pasang muka innocent, tetap tenang, dan gak pakai marah ingat sekali lagi tak pakai marah-marah. Jelaskan masalah yang sebenarnya.
  3. Lebih baik bertemu langsung dengan dosen ybs. Jangan complain via telepon. Kan kerugiannya banya pulsa kamu berkurang tak bertambah. Selain itu,dosen yang diajak bicara pun belum tentu fokus pada masalah kamu, karena mungkin saja mahasiswa yang complain bukan kamu seorang.
  4. Liat mood atau suasana sang dosen juga, kalau beliau lagi sakit atau lagi gak tepat waktunya diajak complain, mending gak usah complain dulu. Ditunda dulu bro!
  5. Complain secara massal ( tapi jangan anarkis ya sampe bawa peti mayat segala), maksudnya ajak kawan2 yang punya masalah yang sama dengan dirimu. Jadi kamu tidak merasa sendirian dalam mengahadapi masalah kamu.
  6. Jangan menyerah, perjuangkan hakmu sampai dapat, tapi kalau gak dapat juga janagn dipaksakan, gak baik buat kesehatan.Ambil hikmahnya,mungkin kamu harus lebih baik lagi di semester berikutnya, atau kamu kan bisa memperbaiki nilai mata kuliah tersebut dengan mengambil Semester Pendek misalnya atau perbaikan nilai ke semester bawah. Allah memang menimpa kita dengan kesulitaan tapi Dia juga menyiapkan jalan keluar dan kemudahan yang banyak pula.
  7. Hindari merayu,menggoda atau bahkan memberi hadiah/uang demi mendapatkan hak kita. Pegang teguh idealismemu sebagai mahasiswa yang berpikiran kritis dan intelektual bukan dengan cara yang menghinakan diri seperti itu. Jika ada gelagat dosen yang ada “maunya” laporkan ke akademik atau ke polisi aja sekalian.
  8. Setelah semua usaha telah ditempuh, usaha yang terakhir adalah bermohon dan berserah kepada Yang Maha Mendengarkan complain-mu itu dan Yang Maha Pembolak Balik Hati Manusia dan Meluluhkan Hati yang Keras Menjadi Selembut Salju.

-SeLaMaT MeNeMpUh SeMeSTeR BaRu!!!-

Semoga Bemanfaat.
Wallahu a’lam Bishowwaab.

Petualangan Seorang Pahlawan Devisa di Champs Elysées


Judul :Luka di Champs Elysées
Pengarang : Rosita Sihombing
Penerbit :Lingkar Pena Publishing House
Tahun terbit : I, Agustus 2008
Tebal : 198 halaman
Jenis Buku : Fiksi

Petualangan Seorang Pahlawan Devisa di Champs Elysées

Mungkin jika dikumpulkan akan ada ratusan atau bahkan ribuan cerita pengalaman dari para TKI yang mengadu nasib di luar negeri. Gelombang TKI ke manca negara sering kali menjadi berita panas, terutama terkait dengan isu-isu penangkapan, pemerkosaan, hukuman mati, penganiayaan dan deportasi. Namun disisi lain banyaknya TKI di luar negeri merupakan salah satu solusi sekaligus harapan baru.

Sebagai solusi berarti bahwa kepergian warga sebagai TKI untuk mengadu nasib di banyak negara tetangga berarti wujud kesadaran dan keberanian masyarakat Indonesia untuk maju dan tidak menyerah dengan kondisi saat ini yang tidak mendukung. Mereka berani berkorban untuk merubah nasib bahkan sampai rela kelurga negeri meninggalkan keluarga dan kampung halaman yang amat dicintai.

Terkisahlah Karimah, seorang muslimah Indonesia yang bekerja di Riyadh dan memutuskan untuk melarikan diri dari majikannya. Ia tak tahan dengan segala bentuk penindasan yang dilakukan oleh sang majikan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa majikan Arab dikenal memperkerjakan pembantu hampir 24 jam dan gaji mereka pun paling-paling tidak jauh dari angka 750 – 1200 real/bulan, atau setara dengan 1-1,5 juta. Karimah termasuk TKW yang tidak beruntung karena mendapat majikan yang semena-mena ddengannya. Kekerasan hingga pelecehan seksual kerap ia rasakan. Setiap hari, setiap detik ia selalu bersahabat dengan kecemasan, ketakutan dan ketidaknyamanan. Hingga pada suatu hari, sang majikan sekeluarga hendak berpelesiran ke Paris dan mengajak serta Karimah.

Betapa senangnya hati Karimah ketika diajak ke Negeri Napoleon itu, negeri sejuta mimp.Paris. Karena ini adalah kesempatannya untuk kabur dan di jalanan Champs Elysées-lah ternyata kesempatan itu ada.

Petualangan baru dalam hidupnya pun dimulai. Berhasilkah Karimah melarikan diri dan petualangan seperti apa yang dialami muslimah ini dan mampukah ia bertahan di negeri yang sama sekali tidak ia ketahui mulai dari bahasanya, orang-orangnya, kebudayaannya, benar-benar buta akan Paris?

Melalui tema yang sederhana ditambah mimpi yang sederhana dibalut kata-kata yang sederhana dari kisah perempuan sederhana dan pemikiran yang sederhana, sang penulis bernama lengkap Rosita Sihombing ini mencoba menyampaikan pesan pada pembaca bahwa inilah salah satu potret nasib para TKI khususnya TKW, tak ada hukum yang benar-benar melindungi hak mereka. Padahal sumbangan devisa yang diberikan para TKI kepada negara ini mencapai angka lebih dari Rp.100 Triliun, makanya sebutan Pahlawan Devisa melekat pada mereka karena jasa mereka itu.

Membaca novel ini membuat saya selaku pembaca terbuai dengan Paris versi penjabaran sang penulis yang bersuamikan orang Prancis ini. Dari pendeskripsian Paris dari tulisan saja sudah indah, bagaimana pula dengan Paris yang sesungguhnya tentunya akan lebih sangat indah lagi. Mungkin perasaan serasa di Paris akan lebih terasa jika ada peta mungil yang tercetak dalam buku ini.

Lebih daripada itu kisah dalam novel bercoverkan pink ini sangat memikat. Perpaduan antara kepiluan dan kesadaran atas sebuah adagium, bahwa betapa pun dalam penderitaan manusia. Ia pasti segera bangkit. Selamat Membaca!