Senin, 26 Mei 2014

Senin Sore, Hujan, Fortuner, Tupperware dan Aku

Di penghujung hari Senin, 26 Mei 2014 ingin rasanya duet dengan Mariah Carey untuk menyanyikan Hero, it’s a long road / when you face the world alone / No one reaches out a hand / for you to hold

Yok, Let’s review keseharian aku di hari Senin yang gak biasa ini. Pagi bangun dengan mata sembab dan masih ingin lanjutkan tidur lagi :D tapi aku tahu kalau aku harus mengajar anak bangsa, Semangat lah awak yak an ^_^
Oke, karena sudah telat, aku hanya membawa bekal nasi saja, rencana mau beli lauk seperti biasa, tapi tadi mah pelanggan warungnya rame banget, ku urungkan niatku untuk beli lauk dan you know what, aku membawa dua Tupperaware imut tanpa ada isinya T_T, dan aku memang sempatkan juga bawa sereal yang karena masih panas, aku pun menyimpannya di botol kecil, dan bekal itu semua ku letak di goody bag, goody bag nya udah rada rapuh gitu deh, tapi aku yakin aja makenya, padahal T_T kalau tau kejadiannya bakal seperti tadi sore ….
Di sekolah, seperti biasa, aku…telat :D anak-anak udah kelar upacara aku baru datang, dan aku tiba, aku tak langsung ke lapangan, tapi rapi-rapi dulu, minum sereal ku dulu yang sudah hangat dan sholat Dhuha (ehm, mumpung masih muda ya kan, yang muda yang sholehah, insyaAllah) setelah itu barulah aku meluncur ke lapangan.
Kegiatan anak-anak hari ini tak banyak, evaluasi di Sentra Memasak. Sementara di luar sana, beban langit seperti bertambah-tambah saja, tinggal menunggu kerannya dibuka dan deraslah, sehingga makin meriah yang namanya Sentra Memasak X_X, aku hampir tidak bisa mengendalikan anak-anak yang special ini -_- makin deras hujan, makin kencang pulak suara mereka, akhirnya kubawa lah mereka bermain hahaha ini bekal dari mengikuti penampilan Kampung Dongeng semalam, banyak kuperoleh ice breaking :D
Singkat cerita, tibalah waktu pulang sekolah. Aku kira anak-anak udah gak les lagi tapi kata Bu Nisa, anak-anak Les, baiklah T_T, nah anak-anak itu paling malas les hahaha, kalau sudah begitu maka akan disiasati dengan iming-iming hadiah atau tidak ya mengikuti mau mereka terlebih dahulu, kayak hari ini, Baihas, diajak baca Iqro’ eh dianya malah ngajak daku dengeri cerita. X_X Baihas ini hobi nonton dan cerita, tadi dia cerita film My Name is Khan dari awal sampai akhir, :D meski agak mengantuk, demi Baihas, alias menyenangkan hati anak-anak, aku pun mendengar cerita Baihas, dengan syarat, setelah aku mendengarnya dia mau mau mendengarkan aku untuk mau diajak baca Iqro’ :D
Menjelang sore, hujan masih awet aja T_T, dan aku sudah memperkirakan kondisi jalan bakal macet total, perjalananku ke tempat ngajar privat bisa menghabiskan waktu dua jam X_X ternyata betul, aku pun telat lagi, aihh…T_T aku sudah sampai di daerah UNIMED ini, tapi pas sampai di Lau Dendang eh ortu murid privatku sms bahwa tak jadi les, wuaaaa T_T nyeseknya itu disini.
Akhirnya aku memilih balik pulang, sebelumnya aku ashar dulu di masjid, kaoskakiku basaahh T_T. Alat kecentilanku berupa bedak padat kesayanganku ketinggalan di sekolah T_T, cemana ini? Mana besok libur lagi, ah sesuatu kali kurasa hari ini. Perjalanan pulang pun memakan waktu satu setengah jam.
Oh ya tadi di awal aku ada cerita kondisi perbekalanku kan? Nah, aku ingatkan kembali bahwa saat perjalanan pulang dari sekolah, aku kan pakai payung, basah, pas naik angkot langsung kulipat aja tu payung, dan kumasukkan ke dalam goody bag ku yang terbuat dari kertas karton itu, disitu aku masih nyantai saja meski kutahu ini tas bakal jebol X_X dalam hitungan jam :D
Dan, sampailah aku ditujuanku, tepat azan magrib, suasana jalan basah karena hujan seharian tadi dan mulai gelap, hanya diterangi lampu jalan ditambah lampu gerobak roti bandung tepat dimana aku hendak menyebrang, namun tanpa disangka, saat ditengah penyebrangan, goody bagku jebol T_T, dua Tupperware imutku, botol minumku, botol serealku, payung, berhamburan di jalan T_T dan ada juga kudengar suara teriakan perempuan, perasaan bendaku yang jatuh kenapa yang disana yang menjerit.
Satu hal, ini seperti adegan-adegan di FTV jadi ingat si Juki gue, hahaha  aku reflek toh mengutip bendaku yang berhamburan, sementara ada mobil fortuner putih di depanku, hahaha T_T pada saat itu aku berharap ada yg bantuin aku mengutip benda-bendaku, tapi gak ada T_T, atau paling tidak, orang yang mengemudi fortuner putih itu turun dan membantuku, asli sumpah, itu semua hanya ada di tipi berwujud iklan odol gigi Clos* Up atau iklan parfum A*e dan ditambah imajinasi tingkat tinggiku. :D 
sumber foto: http://www.garassitoyota.com/2013/05/harga-toyota-fortuner-surabaya.html
Selesai mengutip, aku gak sempat nengok sekitar, yang kutahu, cepat mengumpulkan barangku lalu pergi secepatnya dari lokasi, T_T
Duh ya Allah, kalau ingat kejadian sore menjelang maghrib tadi, aku ngekeh sendiri T_T, penderitaanku sebenarnya makin lengkap, sesaat sebelumnya dapat kiriman gambar dari sahabatku yang isinya begini:

Dan itu pas banget, hahaha Uji Nyali bener dah :D
Cuma yang aku sedihkan adalah Tupperware imutku hilang satuuuu huwaaa, padahal itu pemberian Mbakku tercinta, cemana ini? Dicetak ulang lagi gak ya produk tersebut oleh Tupperware? T_T
dok.pribadi [ bekal tempat nasi,botol sereal,1 Tupperware imut yg seharusnya dua, satu ilang T_T dan satu lagi botol minumku, lupa ku poto X_X dan yang di atas itulah almarhum goody bagku T_T 
dok.pribadi, [Nah ini dia si botol minumku, yg tadi ketinggalan dipoto sama kawan-kawannya] :D

 
Dok.Pribadi [Huwaaa biasanya mereka bertiga begini tak terpisahkan, kini Tupperware imutku yg ditengah telah hilang T_T , maafkan aku, padahal dengan adanya kalian bertiga, aku jadi turut mengurangi sampah plastik saat membeli lauk pauk atau membawa bekal dari rumah, kamu diproduksi lagi gak sama pabrik Tupperware? ]
Aku baru nyadarnya pas, selesai mengutip bendaku, diperjalanan pulang aku masih memeluk tumpukan barang-barangku gak sempat lagi memasukkan dalam tas, karena memang gak muat, kalau gak ngapain aku bawa goody bag T_T, dan aku pun tiba di rumah seperti orang yang baru diusir majikan hahaha :D
Alhamdulillah masih selamat dan gak dilindes sama si fortuner :D gak lucu aja kan ntar ada berita bahwa seorang gadis kritis ditabrak fortuner saat mengutip bekalnya yang jatuh dan berserak ditengah jalan, ya kan kalau ditinggal begitu aja sayaaanggg T_T aih, tapi murah kali harga nyawaku ya tapi kalau dipikir pikir bukan masalah nyawa juga tapi menghargai pemberian orang terkasih gitu loh, sampai punya kewajiban untuk menjaga pemberiannya ^_^ (banyak kali ‘tapi nya :D )
Hari ini macam Hari Senin lah kutengok

Senin, 12 Mei 2014

Menovelkan Sejarah: Sebuah Cara Melawan Lupa


Judul                 : Sang Patriot
Penulis              : Irma Devita
Penerbit           : Inti Dinamika Publisher
Cetakan            : I,  Pebruari  2014
Halaman          :266 Halaman

Menovelkan Sejarah: Sebuah Cara Melawan Lupa
Oleh: Nurul Fauziah

Sang Patriot, sekilas judulnya sama dengan judul film yang berkisah tentang hidup Prabowo, mantan Panglima Kostrad era Presiden Soeharto. Film dokumenter tersebut tayang menjelang Pemilu Legislatif lalu dan berdurasi sekitar 30 menit. Tentu ekspektasi penonton mengarah pada bagaimana lika liku hidup Prabowo hingga masa pencapaiannya saat ini, namun, film yang diisukan sebagai salahsatu media kampanye partainya, justru mengisahkan penyebab Prabowo yang diadili oleh pengadilan militer dan diberhentikan dari kesatuannya bersebab Tragedi 12 Mei 1998 silam.
Masih lekat diingatan tentang krisis politik yang melanda Indonesia 16 tahun lalu, Jakarta, pusat ibu kota Negara Republik Indonesia, rusuh, dan berujung pada demonstrasi besar-besaran menuntut lengsernya Presiden Soeharto. Aparat keamanan, yang diharapkan mampu mengamankan massa, justru berbalik malah tindakan aparat mengancam jiwa rakyat sipil, akibatnya korban jiwa bergelimpangan, diantaranya mahasiswa. Esoknya, 13 Mei 1998, massa mengamuk, kerusuhan semakin menjadi, Jakarta chaos. Sampai sekarang peristiwa tersebut, tragedi Mei 1998, oleh August Mellaz, salah seorang yang ambil bagian dalam arus demonstan, dikenal dengan perjuangan melawan lupa.
Kita tinggalkan sejenak, Sang Patriot versi film, dan mari mengenal lebih dekat salah seorang patriot yang kisahnya lebih nyata, lebih sejati, tanpa dibuat-buat, dan tanpa mengharap sebuah pengakuan, tapi keikhlasan berjuang demi tanah air yang layak huni untuk hidup yang lebih baik.
Oke, here we go
Kisah dibuka dengan prolog yang khas tulisan Dan Brown saat mengawali beberapa novelnya, salahsatunya The Da Vinci Code, cerita dibuka dengan kematian sang pendeta yang tidak wajar, dan dari sinilah cara Dan Brown mencengkram imajinasi pembaca untuk tidak tahan meneruskan bacaan hingga tuntas.
Begitu juga yang dilakukan Irma Devita, pada prolog Sang Patriot, mungkin buat pembaca yang tidak sabar, tentu langsung membuka beberapa halaman terakhir, yang merupakan puzzle yang melengkapi prolog, tapi buat apa puzzle awal dan akhir tanpa dilengkapi rangkaian puzzle di tengah-tengah cerita? Tentu akan bolong, tidak menjadi cerita yang utuh, maka kisah pun mengalir.
Terdiri dari 25 judul, termasuk prolog dan epilog, dan judul yang kedua setelah prolog adalah Senopati Kecil dengan latar dan setting Kediri tahun 1923 , awalnya nyantai aja begitu pas dibuka dengan kisah Legenda Calon Arang, tapi setelah dipikir-pikir apa kaitannya dengan kisah yang mau diangkat, yakni Senopati Kecil, sang Patriot yang menjadi tokoh sentral dalam novel ini. Kalau pun hendak dibuka dengan memperkenalkan asal usul Gurah, sebuah desa di Kabupaten Kediri yang menjadi latar bab ini, mungkin bakal lebih asyik  Mbak Irma mengawalinya dengan penggambaran suasana desa Gurah waktu itu. Tapi tak mengapa, pun begitu saya sebagai pembaca jadi turut tahu bahwa legenda perempuan sesat itu ternyata berasal dari Desa Gurah.
Adalah orang zaman dulu, hidup berpindah-pindah, begitu juga yang dilakukan oleh sepasang suami istri, Hasan dan Amni beserta anak mereka, dari Madura memilih Kampung Kauman, Kediri sebagai tempat mengukir hidup.
Nah, dibagian ini pembaca akan disuguhkan siapa sosok Sang Patriot kecil. Jujur, saya sendiri saja tidak tahu siapa beliau, kalau bukan dari pemaparan di halaman 10,
Di rumah itulah Sroedji, anak kedua pasangan Hasan dan Amni yang lahir di Bangkalan, tanggal 1 Februari 1915, beserta enam saudaranya dibesarkan.
Dan diantara para saudaranya, hanya Sroedji seorang yang punya semangat tinggi untuk bersekolah, ya tahu sendirilah di zaman itu dengan menganggarkan Ayah yang seorang pedagang dan ibu yang seorang rumah tangga, agak mustahil untuk bersekolah tinggi, tapi beruntung Sroedji yang cerdas akhirnya berhasil melanjutkan sekolah setamat dari kelas II sekolah rakyat atau Ongko Loro ke Hollands Indische School (HIS) berkat bantuan Pakde Pusponegoro, seorang ningrat. Dan terus berprestasi hingga bisa bersekolah di sekolah kejuruan bidang pertukangan, Ambactsleergang.
Sampai disini, pembaca terus dimotivasi dengan optimisme Sroedji muda, sesekali ia juga membantu ayahnya berdagang, paling suka dengan kebiasaan Sroedji
Selagi menunggu dagangan, Sroedji tekun membaca buku-buku berbahasa Belanda yang selalu dibawanya (Hal.13)
Bener-bener keren nih pemuda (uhuy :D)
Cuma memang disekitaran halaman 16-18 itu keterangan waktu melompat-lompat, Mbak Irma mungkin lupa menyertakan keterangan waktu dan tempat, eh tiba-tiba sudah di pelabuhan aja, kedua orangtua Sroedji berangkat haji.
Memasuki Judul 3, lebih ehm lagi , penasaran bagaimana sang patriot jatuh cinta, di Judul ini jawabannya. Adalah Rukmini perempuan beruntung itu, namun juga kuat kemauan. Betapa inginnya ia bersekolah di Sekolah Tinggi Hukum dan menjadi seorang yang bergelar Meester in de Rechten. Namun, apalah daya, sang ayah, pun menjodohkan ia dengan seorang pemuda.  Singkat cerita, dengan diawali pertemuan jahil di pasar dan berakhir di pelamin. Bahagia sekali. Pasangan adalah cerminan kita, maka Rukmini adalah cerminan Sroedji begitu sebaliknya mereka saling melengkapi.
Hanya sampai di Judul 1-3 sajalah pembaca disuguhkan episode kehidupan Sroedji yang anteng, damai dan sentosa. Sroedji tidak kebanyakan pemuda yang sudah merasa aman dengan keadaan yang bersekolah tinggi, menjadi pegawai di pemerintahan, beristrikan seorang yang berpendidikan pula dan dikaruniai anak yang lucu. Dalam benak Sroedji betapa inginnya ia ikut andil dalam membela negeri.  
Nah ini asyiknya membaca novel yang bersetting sejarah, secara gak sadar kita belajar sejarah, dari penyelipan opening oleh penulis sebelum masuk ke kisah tokoh utamanya. Sroedji, yang sudah lama sekali bercita-cita menjadi tentara Indonesia tetap menunggu kesempatan yang tepat tanpa gegabah meski sebenarnya dimasa penjajahan Belanda, pemerintah membuka kesempatan bergabung di Koninklijke Millitaire Academie(KMA) dan Corps Opleideing Reserve Officieren (CORO). Tapi Sroedji tidak mau. Baginya bergabung dengan korps militer Belanda sama dengan kaum kafir yang menghantam bangsa sendiri.
Pada 3 Oktober 1943, Koran Djawa Baroe, disana tercantum bahwa Jepang membuka perekrutan tentara PETA (Pembela Tanah Air) dan betapa berbinarnya mata Sroedji membaca pengumuman itu dan terbersit di hati keinginan lamanya yang terpendam
Tentu keinginannya ini tidak mudah terwujud bersebab ia mesti merundingkannya dengan kekasih hati, Rukmini, sempat was-was bila Rukmini tidak mendukungnya, tapi Rukmini memang wanita yang luarbiasa akan pemahaman terhadap potensi dan keinginan suami tercinta. Ia pun mengikhlaskan Sroedji ikut perekrutan itu,

Kau punya mimpi jadi tentara agar  dapat membaktikan tenagamu kepada rakyat banyak. Mungkin inilah saat yang tepat mewujudkannya…’ (Hal. 47)

Tak mudah menjadi seorang kadet, latihannya luarbiasa keras. Sroedji berusaha bertahan sekuat tenaga dan menjadi penyemangat teman-temannya. Kalimatnya keren,

Seorang prajurit yang kehilangan semangat juang ibarat mayat yang mengusung keranda kematiannya sendiri’  (Hal.57)

Pada halaman 171 juga ada kalimat keren Sroedji

‘Sekacau apapun keadaan, sikap tenang, disiplin dan kepandaian membaca situasi akan berujung pada jalan keluar terbaik’

Bermodalkan latihan yang amat keras selama 4 bulan, resmilah Sroedji menjadi anggota PETA, dan membentuk Daidan atau batalion di Karesidenan Besuki. Namun yang namanya penjajah, sudah pasti banyak bohongnya. Para petinggi PETA mulai melihat kekejaman Jepang terhadap rakyat, selain itu perekrutan anggota battalion mulai tidak diperhatikan, untuk latihan tidak dilengkapi dengan fasilitas persenjataan, bahkan tentara PETA sendiri tidak dibolehkan pegang senjata. Seiring berjalannya waktu, Jepang hancur, sejak peristiwa pemboman Hiroshima dan Nagasaki di tahun 1945. Berefek pada pembubaran PETA oleh pemerintahan Indonesia. Perjalanan karir ketentaraan Sroedji tak henti sampai di pembubaran PETA, istilah kemiliteran dalam bahasa Jepang mulai di ganti, pada hal. 73 Mbak Irma memaparkan, Sroedji berpangkat Mayor yang membawahi wilayah Jember Selatan berpusang di Kencong dan memimpin Batalion Alap-Alap atau Batalion Sroedji. Dari sinilah Sroedji mulai beraksi.

Sebuah Kado untuk Nenek Tercinta

Novel yang warna covernya ini merah keemasan sudah direncana terbitkan sejak Mbak Irma masih kecil.  Jadi teringat kisahku dengan ibu dari nenekku alias buyutku, aku selalu menjadi teman saat ia tidur, dan sebelum tidur di dalam ranjang berkelambu itu, buyutku tak bosan-bosannya bercerita, terkadang kisah yang diceritakan itu-itu saja hehehe, tapi menyenangkan sekali.

Aku rasa begitu pula yang dilakukan Mbak Irma dengan sang nenek. Dan novel ini bukan sembarang novel. Novel ini wujud dari janji Mbak Irma gadis terhadap neneknya Rukmini untuk mengisahkan perjuangan sang kakek dalam bentuk novel.

Tak banyak cucu yang memiliki motivasi seperti Mbak Irma, semoga kelak dengan terbitnya novel ini menjadi inspirasi para cucu  atau keturunan dari patriot di seluruh Indonesia  untuk mengisahkan perjuangan kakek, nenek atau anggota keluarga mereka yang pernah berjuang untuk Indonesia namun namanya tenggelam oleh waktu.

Bila Mbak Irma tak menuliskan kisah Sroedji mungkin tak banyak yang tahu bahwa kisah kepahlawanannya yang begitu luar biasa.

Sekali lagi selamat buat Mbak Irma akhirnya janji terhadap nenek tercinta terlunaskan sudah. Tinggal saat ini bagaimana kita menjadikan sejarah sebagai bahan untuk memprediksi masa depan, mengimprovisasinya dan meneruskan perjuangan para patriot bangsa.

Kisah Rukmini juga mengingatkan ku pada film IP MAN seorang pendekar Wu Ching, Ip Man memiliki istri yang begitu ia cintai, ya mirip Sroedji ini, sewaktu Cina dijajah Jepang, ia pun ikut berjuang. Istrinya juga tidak lepas dari ancaman bahaya diperkosa dan dibunuh.

Menjadi istri tentara bagi Rukmini juga tidak mudah, apalagi pas membaca adegan sewaktu Rukmini hijrah ke Kediri dalam keadaan hamil besar, MasyaAllah itu aku membacanya sesak napasT_T Mbak Irma pintar membangun suasana di dalam novel ini T_T seolah aku mengikut perjalanan Rukmini.

Kebangkitan Novel Sejarah

Sejarah, mestinya menjadi pelajaran yang menyengkan di sekolah, karena dari sejarah lah generasi muda bisa belajar dari masa lalu, lebih mengenal jati diri bangsanya, tidak mudah terpengaruh kebudayaan bangsa lain, menghargai jasa pahlawan dan masih banyak lagi manfaatnya.

Nah, semoga dengan semakin berkembangnya tren menerbitkan novel sejarah, bisa membantu generasi muda untuk menyukai sejarah.

Tentu tidak mudah bagi Mbak Irma yang terbiasa menulis non fiksi tapi bersebab sebuah janji, ia pun menulis novel dan itu langsung novel sejarah yang penelusuran risetnya tidak mudah, belum lagi penggambaran adegan sadisnya. Sempat dibeberapa bagian membuatku mual T_T ini Mbak Irma gimana ya kondisinya pas mengetik adegan itu, dan aku selain mual, jadi membara juga, ya Allah segitunya, rakyat zaman dahulu diperlakukan T_T selama ini melihatnya cuma di film thriller atau psycho  gitu, tapi membaca novel Mbak Irma membuatku berkesimpulan, memang penjajah itu mati semua hatinya T_T titisan monster, bahkan Dementornya penjara Azkabannya Harry Potter.

Untuk data novel, daku gak meragukan lagi, karena dia cucu sang patriot, hanya saja memang pendiskripsian tempat dan latar, Mbak Irma masih kaku, efek terbiasa menulis non fiksi itu bisa jadi kebawa, namun untuk pemaparan data, Mbak Irma luwes sekali, ini manfaat terbiasa nulis non fiksi, lebih tertata dia, lebih terstruktur, enak bacanya, yang pembahasan berat soal tanggal dan peristiwa jadi ringan dibuatnya ;)

Oh ya, tentang Somad si pengkhianat, kenapa ya Sroedji tidak menyadari keberadaannya setelah tiga kali berturut-turut Belanda mengetahui keberadaan Batalion Sroedji? Agak aneh aja menurutku bagian ini, atau merupakan klimaks biar seru

Dan memang agak susah dibedakan mana kisah yang nyata dan yang ditambahkan oleh penulis atau semua kisah adalah memang benar adanya?

Kemudian, ada pencantuman bahasa Jawa yang tidak ada terjemahannya, pada halaman 79, karena tidak semua pembaca, bisa mengerti bahasa Jawa, mungkin bisa dilengkapi dengan artinya, meski sebenarnya di beberapa bahasa Jawa, Mbak Irma mencantumkan artinya, tapi mendadak penghujung cerita Mbak Irma sudah merasa bahwa pembaca sudah mengertilah itu.

Lalu untuk istilah-istilah lain, hendaknya tak perlu dimuat pada halaman belakang, pembaca biasanya paling malas saat asik baca di susahkan dengan istilah asing kemudian diminta mencari artinya di halaman belakang, itu agak menganggu banget. Bagaimana jika peletakan footnotedengan begitu, pembaca tidak perlu terlalu jauh kehalaman belakang tapi hanya dengan melihat keterangan di footnote saja.

Oh ya satu hal lagi yang daku suka, bahwa perjuangan memang tidak dengan leha-leha, berpasrah diri terhadap Allah , iman yang tebal dan kuat kemudian iming-iminga mati syahid peroleh syurga itu motivasi luarbiasa sekali. Dapatlah daku simpulkan bahwa, sebenarnya Allah yang menguatkan para patriot bangsa ini, teriakan Allahu Akbar menggema di buku ini dan itu memang menggetarkan musuh Allah. Nah, pelajarannya adalah kalau mau jadi tentara, jadilah tentara yang taat agama, Sroedji dengan keimanannya membuat ia tetap keep calm, dan stay cool.

Overall, novel ini sangat menginspirasi, selamat membaca, selamat belajar sejarah.