Senin, 15 Februari 2010

Kursus Bahasa Mandarin Membawa Jodoh


Kursus Bahasa Mandarin Membawa Jodoh
oleh Zee


Judul buku : Wo Ai Ni : Jangan Ekspor Cintaku
Penulis : Achi TM
Penerbit : Bukune
Cetakan : I, Juli 2009
Tebal : 376 hal

Judulnya unik dan mengundang rasa ingin tahu. Gambar sampulnya menggambarkan sepasang kaki yang memakai sepatu boots coklat dibelakangnya ada tas besar berwarna biru, biasanya filosofi tas dan sepatu mengisyaratkan seseorang yang ingin pargi jauh untuk beberapa lama. Mencoba menebak isi bukusepertinya saya akan di bawa ke negeri yang disebut Muhammad SAW dalam haditsnya “tuntutlah ilmu sampai ke negeri China”. Ternyata setelah membaca deskripsi di sampul belakang, dugaan saya benar adanya bahwa saya benar keliru ^_^, novel ini berlatar suasana pelatihan kursus bahasa Mandarin. Kisah dari dunia pelatihan kursus bahasa mandarin—bahasa yang katanya sudah menjadi bahasa internasional kedua setelah bahasa inggris.

Saya pun ingin tahu lebih dalam, suka duka mengikuti diklat ini selama tiga bulan, karena novel ini tidak tanggung-tanggung ditulis oleh pelakunya yang masih hidup dan saya ingin menemukan kiat-kiat mendapatkan jodoh di pelatihan kursus bahasa mandarin (lah?).

Pengalaman Achi
Di bulan Ramadhan yang sumringah ini Achi seorang gadis asal Banten tiba-tiba ditengah kegalauannya menjadi seorang pengangguran dan jomblo sejati, mendapat telepon dari temannya untuk belajar bahasa Mandarin GRATIS di Jakarta. Sepertinya gadis ini hidup hanya untuk mendengar kata gratis dan langsung mengiyakan. Bersama rombongan kontingen dari Banten, Achi pun berangkat ke lembaga kursus tersebut.

Usut punya usut Achi dan teman-temannya mau dijadikan TKI dan TKW setelah tamat dari lembaga tersebut. Benarkah? mangap: mode on.

MLC itulah nama lembaga kursus tersebut dan disanalah semuanya bermula.

Cerita pun berlanjut mengenai pengalaman Achi dan teman-temannya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Selama mengikuti pelatihan di dalam lingkungan asrama banyak kejadian dan peristiwa yang penuh dengan kejadian seru, konyol, dan lucu, seperti guru atau yang dipanggil laoshi yang dikira murid, episode Achi yang kabur dari apel malam sampai mengejar bajaj untuk mengambil dompet yang tertinggal, juga di bab Congek in Love (hal.157) benar-benar membuat saya tertawa ditengah malam saking lucunya tapi juga sedih, membayangkan Achi yang kesakitan saat congeknya tidak mau dipisahkan dari Achi, hohoho. Di balik kejadian suka duka itu semua, ternyata cinta Achi bersemi di kelas D, the king of sleep itu telah memporakporandakan hati Achi seperti habis diserang tsunami. Berhasilkah Achi menaklukkan hati sang Tao Ming Tse yang terkesan cuek? Akankah perjuangan Achi direstui Gusti Allah agar cintanya tidak jadi diekspor ke Taiwan?.

Novel Pelit yang Lucu tapi Tidak Pelit Hikmah

Bukune, salah satu penerbit yang terbilang masih baru dijagad dunia penerbitan di Indonesia dan digawangi oleh sekelompok anak muda yang kreatif, walaupun masih baru tapi penerbit yang mempunyai Raditya Dika sebagai pemred, bisa dibilang cukup mumpuni dan diperhitungkan, lihat saja genre nonfikis yang diberi label halal eh maksudnya pelit (personal literature) mulai bertaburan di toko-toko buku besar di Indonesia. Ini menandakan buku-buku terbitan Bukune memang laris di pasaran. Hanya saja jujur, awalnya saya sangat anti membaca buku nonfiksi yang hanya sekedar menawarkan kelucuan semata, mengumbar-umbar aib dan dibumbui dengan kata-kata vulgar, karena bagi saya pembaca yang selektif ini, saya tidak mau mengeluarkan uang hanya untuk membeli buku yang tidak memberikan efek apa-apa pada saya setelah membacanya selain cuma kelucuan yang dilebih-lebihkan.

Pada novel yang ditulis sendiri berdasarkan pengalaman nyata penulisnya, mbak Achi TM, menawarkan sesuatu yang beda. Tak hanya lucu dan menghibur tetapi juga menyelipkan pelajaran hidup sederhana yang bermakna seperti makna kebersamaan, persahabatan (saat Teh Nur mengalami kecengklak kakinya di bab Kecengklak, Oh Dunia!) , kerja keras (saat Achi kehabisan subsidi uang dari orangtuanya dan punya ide untuk membuka jasa laundy di asramanya, tapi tidak berlangsung lama, juga hobi menulis Achi yang bisa menghasilkan uang), dan juga renungan-renungan—Achi suka sekali mengambil hikmah dari setiap kejadian yang menimpanya, seperti yang diceritakan di bab Congek in Love, tadinya Achi begitu merasa orang terkaya di dunia gara-gara uangnya lagi banyak, dan Allah memberi cobaan dengan menimpakan penyakit pada Achi sampai harus mengeluarkan enam ratus ribu hanya untuk mengobati si congek). Oya saya suka karakter Achi itu bahwa dia cewek yang rasa percaya dirinya tinggi, dimana-mana cowok yang nembak cewek, ini malah Achi yang nembak si cowokgantengmisteriuspakepecitapijutek (hosh-hosh..., ngos-ngosan saya menulis namanya), yang pada akhirnya dengan perjuangan yang sangat, the king of sleep itu dengan si Achi yang grasakgrusuk berikrar dengan disaksikan Candi Borobudur untuk sehidup semati, lalu mereka pun menikah, hoaaaa...MAU? (*mupeng: mode on*). Saya pun berkesimpulan tak lama setelah mengkhatamkan novel yang keren ini bahwa cinta itu harus diperjuangkan jauh-jauh hari sebelum kita tahu kepastian berangkat ke Taiwan walaupun rencana bersejarah itu pada akhirnya dibatalkan juga. Uhuk...uhuk bijaksana sekali kau anak muda ^_^.

Rasa buku terbitan Bukune tidak jauh-jauh dari polesan tulisan gaya Raditya Dika—siapa yang tidak kenal dengan pemuda tukang banyol dan gokil ini. Kambing Jantan salah satu masterpiecenya yang telah dibukukan dan bahkan sudah difilmkan. Ada beberapa polesan cerita yang sepertinya Radith banget di novel ini, yang menurut saya cerita itu sudah bagus tanpa harus dilebih-lebihkan, kesannya jadi tidak lucu malahan jadi garing—cerita saat Lusi tidak sengaja membuka pintu kamar mandi asrama cowok.

Ada satu bab yang membuat saya harus membongkar laci ingatan saya, seingat saya pada Bab Memori Piring, entahlah seingat saya, saya pernah menontonnya di salahsatu FTV atau malah pernah membacanya entah di novel apa gitu, yang jelas saya tidak tahu persisnya dimana, tapi saya ingat sekali jalan ceritanya itu persis banget seperti yang ditulis dalam bab Memori Piring, kenapa itu bisa terjadi ya?.


Belajar Bahasa Mandarin lewat Novel

Ada beberapa judul bab favorit saya, tapi saya suka kesulitan menemukannya gara-gara tidak ada daftar isinya, selain itu ada juga beberapa kesalahan pengetikan dibeberapa tempat yang sedikit mengganggu kenyamanan saat membacanya.

Terlepas dari segala kekurangan yang ada, novel yang ditulis oleh ibu satu anak ini layak dibaca oleh siapa saja. Buat Anda yang kurang semangat dalam belajar bahasa Mandarin, novel ini juga bisa dijadikan pemicu agar semangatnya kembali lagi, dan buat yang menganggap bahasa mandarin itu tidak penting, baca juga novel ini agar merubah perspektif Anda yang super salah itu.

Dengan dialog-dialog yang sesekali diselipi bahasa mandarin serta tak lupa pula dengan bumbu-bumbu humornya yang menggelitik dijamin bisa menambah kamus Anda dalam bergaul.
Selamat membaca ^_^.