Jumat, 24 Juli 2009

Haruskah Berubah Demi Si Mr.Right?



Judul : Bodyguard Bawel
Penulis : Triani Retno A.
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : April, 2009
Halaman: 184 Halaman
Sepintas dari Judul novel yang ditulis mbak Triani ini --Bodyguard Bawel, terlintas dalam pikiran tentang sosok seorang bodyguard berbadan kekar, bertampang seram, selalu berbusana hitam-hitam, berkacamata hitam, kumis lebat yang hitam, yang tugasnya mengawal sang majikan kemana-mana, kalau bisa nyamuk pun tak boleh menyentuh majikannya. Bodyguard juga identik dengan tukang pukul, buktinya pengawal cawapres Boediono lagi tersangkut masalah gara-gara memukul wartawan saat ingin meliput kegiatan kampanye sang cawapres. Dan masih banyak lagi cerita yang berkaitan dengan bodyguard bahkan ada filmnya yang sangat terkenal—The Bodyguard.

Ternyata dalam novel ini bodyguard yang dimaksud dalam cerpen ini jauh dari kesan boyguard pada umumnya. Bayangkan jika ada bodyguard berjenis kelamin cewek terus kalau bicara memiliki kadar bawelnya sudah tingkat tinggi, akan seperti apa jadinya?

Alkisah ada cewek bernama lengkap Alea Nandhika atau yang sering dipanggil Lea atau juga bisa dipangggil Lele. Lea adalah siswi kelas XI SMA Pelita Ilmu Jakarta. Meskipun cewek, Lea lebih banyak berteman dengan cowok. Alasannya, bukan karena ia tomboy atau sok jago karena memegang sabuk hitam karate, tetapi lebih karena alasan praktis. Bergaul dengan sesama cewek terlalu banyak ngerumpi, gossip, dan iri-irian. Tetapi walaupun begitu Lea tidak segan menolong ketika Yola, sahabatnya, kebingungan mencari Adit.

Yugi, sahabat Lea, berniat menjodohkan Lea dengan Adit. Namun bagi Lea, Adit hanyalah cowok aneh yang akan membuat hidup jadi lebih susah. Menurut Yugi, Lea awet jomblo karena terlalu cerewet, bawel, galak dan hobi ngejar copet –benar-benar cewek ganas, cocok jadi bodyguard, hobinya bukan hobi cewek lazim seperti memasak, tapi mengejar copet.

Suatu hari gara-gara mengejar copet, Lea bertemu dengan Gilang. Bagi Lea, Gilang adalah pangeran impiannya, dan ia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Lea bahkan rela berubah demi cowok itu.

Berhasilkah Lea mendapatkan Gilang? Atau Lea malah jadian sama sahabatnya sendiri?
Sebenarnya kisah yang diangkat dalam novel remaja ini cukup sederhana, namun dikemas cukup apik oleh sang penulis yang punya nama pena Teera ini. Bahwa walaupun kita mencintai seseorang tapi kita tidak harus menjadi orang lain seperti apa yang diinginkan orang yang kita cintai itu, istilah kerennya just be your self.

Cukup menghilangkan stress ketika membaca novel ini karena dari kebawelan si Lea yang lumayan parah banyak kamus humor baru yang bikin ngakak. Selain itu, gaya kepenulisan novel ini cenderung lebih kepada dialog-dialog, seperti gaya kepenulisan Ernest Hemingway—penulis terkenal dunia, tidak ada deskripsi panjang lebar tentang perasaan dan pikiran para tokoh. Permainan emosi dan pergolakan batin seperti ketika Lea diteror dan difitnah juga ketika Lea jatuh cinta, hanya dapat diterka dari kalimat dan tindakan para tokohnya. Selain itu saking bawelnya si Lea seperti yang ditulis sang penulis, terkadang saya tidak paham inti dialog yang mau disampaikan Lea si tokoh utamanya itu apa. Memang terlalu bawel bin cerewet juga tidak bagus.
Membaca novel ini seperti serasa kembali ke masa-masa sekolah dulu, seperti kata almarhum Chrisye, tiada kisah paling indah, kisah kasih di sekolah. Selain itu novel ini pas banget dibaca sebagai pengisi waktu libur kamu.
Selamat Membaca

Minggu, 05 Juli 2009

OJI & Sssstttsssttt…

Azan Maghrib baru saja selesai berkumandang, dan segeralah diriku berwudhu lalu mendirikan solat Maghrib sedangkan adikku si Oji masih anteng di depan televise, disuruh sholat, hanya gumaman “mmmm…” yang keluar dari mulutnya yang berarti dua hal: pertama, akan sholat tapi sebentar lagi dan yang kedua bermakna akan sholat tapi sebentar lagi, eh sama aja yak an?. Yoda aku pun masuk kamar untuk sholat.
Setelah aku raka’at ke 3 lalu salam menolehkan wajah ke kanan yang berarti masukkan aku ke surga jannatuna’im ya Allah, dan menolehkan wajah ke kiri yang ya Allah jauhkan aku dari siksa neraka, tiba-tiba si Oji masuk ke kamarku dengan tergesa-gesa, mukanya pucat, dan napas berburu seperti baru ikut lomba lari marathon, lalu dia bilang “Kak ada ular di belakang”, dibelakang itu maksudnya di dapur, “Hah…betul ko Ji?, mana mungkin ada ular”, Iya kak betul, aku dengar bunyi ssttt… di dapur di bawah meja makan”. “Aku selesaikan dulu doaku ya, aku belum berdo’a ni”.
Selesai berdoa aku dan Oji mencari tahu apakah benar ada ular di dapur. Ternyata sodare2 bukan tertawa aja yang menular lebih cepat ke orang lain tetapi rasa takut ternyata juga bisa menular, aku pun jadi ikutan takut. Aku dah membayangkan bagaimana sosok ular yang dibilang si Oji itu berukuran besar kayak di pilem2 barat terus panjangnya bermeter-meter, pikiran ku terus berburuk-buruk ria, bagaimana jika ularnya manjat dinding, kemana aku kan lari?. Lagian siapa yang nggak takut bila ular seperti itu masuk ke dalam rumah. Hiiii…
Penasaran dengan promosi si Oji tentang ular yang dia maksud, akhirnya berdua kami keluar dari kamarku. Saking takutnya keluar dari kamar saat buka pintu pun kami haris lihat kiri kanan memastikan kalau-kalau itu ular ada di depan pintu, ternyata keadaan masih dalam on the control. Dengan mengendap-endap, aku di depan dan si Oji di belakangku, kami berjalan pelan menuju dapur. Sesampainya di dapur rasa takut itu makin besar.
“Mana ularnya, Ji?”
“Itu kk, di bawah meja”
Aku lihat di bawah meja tak ada apa-apa lah kayaknya.
“Bukan pas di bawah mejanya kk, tapi dia ada di atas kursi”, Jadi biar kujelaskan kawan2 meja makan kami itu ada kursinya nah, Karena lagi nggak ada acara makan memakan, kursinya di masukkan ke dalam meja. Apakah meja makan kalian juga kayak gitu?
“Mana Ji?”
“Nah, ko buka lah kk pake ujung sapu ini”, alamak dia ngasih aku sapu, saking takutnya untuk membuka alas meja dengan tangan, takut di patuk soalnya. Ku terima lah pemberian adikku itu. Saran yang bagus ku pikir.
Mau tak mau aku beranikan diriku. Pokoknya sok pemberani lah, terpaksa memberanikan diri tepatnya, kayak dipilem2 action, padahal aku takutnya setengah mati.
Ternyata sodara2 setelah layar terkembang alias pinggiran taplak meja di buka, mau tahu sesuatu apa yang dengan Pe We alias Posisi Wuenaknya, tergeletaklah di atas kursi sebuah plastic hitam yang isinya beberapa buah timun sgar. Emang sih sekilas timun-timunnya kayak kepala ular tapi kok kesannya lebay gitu ya???
Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, asal muasal bunyi ssstttss yang didengar si Oji berasal dari termos keci punya Azeeza yang penutupnya tidak rapat sehingga udara dan sisa-sisa air yang di dalam termos berdesak-desakan keluar dari pinggir penutup sehingga menimbulkan bunyi ssttsstt. Wah, dah ilmiah apa belum ya jawaban aku ini? Perasaanku mengatakan dah ilmiah kali pun.
Dulu aku pun sempat terkecoh dengan bunyi ini tapi tidak kusimpulkan bunyi itu sebagai suara ular kayak si Oji, tapi bunyi suara hantu yang mau menakut-nakutiku. Ssstttss…ssstt…(macam pernah dengar aja suara hantu ntu kyk mana).