Minggu, 03 Mei 2009

SEBUAH PERANGKAP BERNAMA UTANG


Utang adalah kecemasan di malam hari dan kehinaan pada siang harinya
( sebuah atsar)

Pertama kali saya membaca kalimat bijak di atas, perasaan saya mengatakan bahwa ada benarnya juga atsar—perkataan sahabat tersebut. Kebenaran atsar tersebut menjadi lebih kuat ketika didasari dan dibuktikan dari pengalaman orang-orang disekitar saya bahkan tak dipungkiri saya pun juga terkait suka duka ketika memiliki utang.

Sebut saja Bu Dila (nama samaran), suatu hari dia menumpahkan segala kekecewaannya terhadap majikannya kepada saya. Pasalnya sudah empat bulan terakhir ini gajinya belum dikeluarkan majikannya. Tentunya Bu Dila kesal bukan main, berkali-kali Bu Dila mencoba bertahan dan berharap gajinya segera dibayar, namun seperti pungguk merindukan bulan. Bu Dila tetap mencoba untuk bersabar dan memahami kesulitan sang majikan.

Kesulitan keuangan membuat Bu Tati terjebak dalam perangkap yang bernama utang. Ada sedikitnya tiga bank yang beliau isi formulir pengajuan peminjaman uang yang tentunya bunga bank yang harus dibayar dikemudian hari tidaklah sedikit. Belum lagi kredit motor yang belum lunas, kredit HP dan barang kredit lainnya. Bayangkan bagaimana kalang kabutnya Bu Tari membayar bunga kreditnya saat tiba jatuh tempo pembayaran. Sampai tak jarang Bu Tati dihantui oleh para rentenir yang datang menagih utang ke rumah. Kedatangan mereka kadang disambut Bu Dila sang pegawai yang membantu usaha jahit menjahit yang dibuka Bu Tati. Tentu saja untuk menyelamatkan sang majikan, Bu Dila lebih sering mengeluarkan jurus 1001 alasan serta kebohonga-kebohongan yang harus di karang tentang keberadaan Bu Tati. Bahkan karena saking takutnya ditagih Bu Tati sampai harus bersembunyi di bawah kolong meja, untuk menghindari para penagih utang yang tak kenal ampun dan Bu Dila terpaksa harus berbohong lagi.

Imam Al-Qurthubiy berkata,” Para ulama berpendapat bahwa aib dan kehinaan itu diakibatkan sibuknya hati dan pikiran serta perasaan cemas yang senantiasa menggelayutinya karena ingin melunasi utangnya dan perasaan minder dan merasa hina ketika bertemu dengan orang yang mengutangi dan amat menderita karena telah menunda perlunasan hutangnya sampai melebihi batas yang ditentukannya.

Menabung vs Mengutang dan Anekdot Gajah Menangis

Dalam buku “Siapa Bilang Jadi Karyawan Nggak Bisa Kaya”, Safir Senduk sang penulis serta praktisi perencana keuangan menuliskan perbedaan tipis antara menabung dan mengutang. Menabung berarti bersusah-susah dulu, bersantai-santai kemudian. Artinya Anda bekerja di depan, setelah itu merasakan nikmatnya di belakang. Kalau mengutang, berarti Anda bersantai-santai dulu, baru merasakan susahnya dibelakang. Artinya Anda menikmatinya di depan, setelah itu melakukan kerja keras.

Menurut beliau kebanyakan orang Indonesia lebih senang ngutang daripada nabung. Kemudian dalam bukunya beliau juga menuliskan sebuah anekdot tentang utang. Alkisah di negeri antah-berantah, diadakanlah sebuah kontes. Nama kontes itu Kontes Gajah Menangis. Ada seekor gajah yang seumur hidupnya tidak pernah menangis. Banyak orang di sekitarnya berputus asa karena bingung melihat kenapa si gajah tidak pernah menangis. Oleh sang raja di negeri tersebut, akhirnya diadakanlah sebuah kontes yang meberikan tantangan bagaimana agar si gajah menangis.

Pukul 10 pagi, dimulailah kontes tersebut. Si gajah dengan badan besarnya duduk, dan mulailah peserta satu per satu menunujukkan aksinya, Peserta pertama adalah peniup serulin dari India. Dengan serulingnya, ia memainkan lagu sedih, menyayat hati. Selama setengah jam lagu tersebut dimainkan, si gajah bukannya menangis tapi malah ketiduran. Peserta pertama gagal.
Peserta kedua, pendongeng anak-anak dari Swedia. Dengan bukunya, ia mulai membacakan cerita yang paling sedih yang pernah dibuat. Lagi-lagi si gajah tidak menangis, si gajah malah melongo mendengarkan cerita pendongeng tersebut. Pesrrta kedua pun gagal juga.

Peserta ketiga, seorang ekonom dari Indonesia. Dengan santai, si ekonom dating ke arah si gajah yang sedang duduk, lalu mengarahkan mulutnya ke tellinga si gajah dan membisikkan sesuatu. Hanya satu menit, si gajah langsung berteriak melengking dan menagis sejadi-jadinya. Akhirnya orang Indonesia itulah yang memenangkan kontes.

Apa rupanya yang dibisikkan si ekonom kepada si gajah? “Utang Indonesia lebih dari Rp. 3 triliun…”. Gajah saja menangis mendengarkan jumlah utang Indonesia, konon lagi kita, apakah kita menangis teringat utang pribadi kita sendiri?

Aktivitas Utang Dalam Kacamata Islam


Utang, satu kata yang sering didengar dan mudah diucapkan serta sulit pertanggungjawabannya di akhirat jika tidak segera dilunasi. Orang hidup tidak bisa lepas dari aktivitas yang satu ini. Karena memang utang bagian dari muamalah—sebuah aktivitas yang dilakukan manusia kepada manusia lainnya. Bagi sebagian orang yang tidak bisa memanajemen utang dengan baik, menganggap aktivitas utang seperti perangkap tikus jika telah masuk sulit rasanya untuk keluar atau bahkan muncul istilah gali lubang tutup lubang (efek ketagihan, sekali utang ingin mengutang lagi kemudian).

Siapa sih di zaman ini yang tak punya utang?, Negara adidaya sekaliber Amerika Serikat pun punya utang hingga perekonomian AS terpuruk luarbiasa saat terjadi krisis finansia global akhir tahun 2008 lalu. Orang kaya sekaya apapun pasti punya utang, paling tidak minimal empat kartu kredit menjadi penghuni tetap dompet kulit mereka. Caleg semiskin apapun pasti punya utang buat mengusahakan bagaimana supaya ia dikenal masyarakat Bahkan ada orang yang pada hari ini bangga punya utang, lebih bangga lagi jika orang yang menghutangi tidak berani atau segan meminta uang pinjaman mereka kembali. Na’udzubillah.

Islam tidak melarang umatnya untuk melakukan transaksi utangpiutang. Rasulullah sendiri juga pernah melakukan aktivitas ini, dalam suatu hadis yang diriwayatkan Bukhari, Aisyah berkata : Rasulullah pernah membeli makanan dengan cara berutang dan beliau menjaminkan baju besinya. Bahkan ayat Al-Qur;an yang paling panjang adalah ayat yang berkenaan denga utangpiutang salah satunya, Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah: 282, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai (melakukan utangpiutang), untuk waktu yang ditentukan , hendaklah kamu menuliskannya.” Utang boleh saja, namun lihat kemampuan diri jangan sampai utang membuat hidup jadi tidak tenang

Walaupun agama Islam tidak melarang aktivitas ini bukan berarti Islam mengaturnya.. Islam mengatur secara detail masalah muamalah yang satu ini, sehingga umatnya tidak menganggap remeh. Perhatikanlah bagaimana upaya Rasulullah agar umatnya tidak mudah mengambil utang sebagai solusi keuangan umat Islam. Kalimat hadis berikut adalah inti dari dua hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dan At-Tirmidzi, Rasulullah enggan menshalati jenazah sahabat yang masih terlilit utang. Pintu surga pun enggan terbuka bagi seorang pengutang, sekalipun ia mati dalam keadaan syahid. Semoga kita dihindarkan dari yang demikian.

Tips Terhindar dari Utang

Syaikh Adil bin Muhammad Al-Abdul Ali salah satu dari dua penulis yang menulis buku berjudul Jangan Gampang Berutang, menuliskan untuk kita tips-tps terbebas dai utang:

1.Hayati hadits-hadits yang berkenaan dengan akibat berutang. Salah satu hadis yang menurut saya paling diingat para pelaku utang adalah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “Jiwa seorang mukmin itu terikat oleh hutangnya, sampai hutangnya dilunasi”. Mudah-mudahan kita tidak mati dalam kedaan berutang, Amiin.

2.Jangan sekali-kali berutang, kecuali dalam keadaan sangat terpaksa. Sebaiknya Anda mengetahui terlebih dulu kapan boleh berutang dan kapan tidak, serta untuk apa kita berutang, penting apa tidak jangan hanya lapar mata atau nafsu semata yang membuat kita kebablasan dalam berutang dan hidup dipenuhi utang yang menumpuk dimana-mana. Mau?.

3.Bertawakkalah kepada Allah sebelum berutang. Kebanyakan para pelaku utang sebelum berutang terbesit niat untuk tidak melunasinya sesuai jadwal apalagi jika meminjam uang pada teman atau pun orangtua sendiri, “nggak janjilah ya bakalan melunasinya tepat waktu”, wah, jika niat dari awal seperti ini, alamat Allah pun enggan untuk mengeluarkannya dari kesulitan keuangan yang dialami.

4.Jangan tertipu pinjaman bank dan kartu kredit. Jika terjebak dalam dua hal ini, yakni pinjaman bank yang berbunga serta kartu kredit, hati-hati ada harta riba yang bukan hak kita, ujung-ujungnya jadi haram dan sangat dibenci Allah.

5.Hindari pembelian secara kredit, sebagaimana Anda menghindari seekor singa. Mau itu hp, motor, mobil, rumah, baju seragam perwiridan, peralatan rumah tangga, teriakkan dengan lantang No kredit, Lunas Yes!, Harta Riba, Naudzubillah, Harta Halal, Alhamdulillah!.
Membaca doa bebas utang yang selalu diamalkan Rasulullah.” Ya Allah, aku berlindung dari kegelisahan dan kesedihan, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat penecut dan bakhil, adri tekanan utang dan kesewenang-wenagan orang lain”.

6.Jadikan “melunasi utang” sebagai cita-cita awal sejak Anda mengambil utang.

Semoga BermanfaatWallahu a’lam bishowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar