Selasa, 21 April 2009

ODONG-ODONG STORY

Minggu malam, 28 Desember 2008, (waktu O2 lg laris-larisnya)

MENANTI O2

Entah kenapa kalau lihat odong-odong beroperasi, bawaan ku mau ketawa mulu, geli aja gitu. Kesan odong-odong itu jadul, sederhana tapi mewah, unik, kreatif, dan salah satu fasilitas mencari kesenangan untuk anak di tengah susahnya hidup.

Malam ini kami berencanag naik O2 sambil makan singkong gaul made in dewe. Aku, ibu, dan si kecil Azizah bersiap-siap menunggu dan menanti kedatangan O2 di depan rumah.

Tepat pukul 08.30, O2 trip pertama lewat tapi ternyata sudah penuh dengan penumpang urunglah niat untuk menaikinya. Kami pun tetap menunggu tapi posisi menunggu sudah tidak di depan rumah lagi, soalnya banyak nyamuk, gelap-gelapan lagi, jadinya kami pindah ke depan rumah nek Sirat yang lebih terang dan ada bangku buat nunggu.

Tak lama berselang setelah kami hijrah, O2 yang dinanti pun datang, O2 trip kedua pun lewat, tapi penonton harus menelan kekecewaan sekali lagi, karena kali ini pun O2 overload alias penuh jek!.

BTW, setiap kali O2 lewat, aku gak akan pernah lupa buat ketawa, hahaah. Eits...kembali ke Menanti O2. Apakah kami berhasil menaiki O2 dan berkahir happy ending everafter?. Ikuti terus kisahnya.

15 menit kemudian

Jam sudah menunjukkan pukul 09.00WIB, O2 yang ketiga datang dan kelihatan berhenti di ujung jalanrumah nek Sirat, sepertinya akan ada harapan soalnya dari kejauhan nampak ada peumpang yang turun.

Benarlah kata pepatah kebanyakan dari kegagalan dalam kehidupan adalah karena manusia tidak sadarbahwa manusia nyaris sukses sewaktu putus asa. Tapi apa yang terjadi sodara2, ketika o2 itu lewat tak ada sisa satu bangku kosong pun untuk kami penumpang yang malang ini. Capek Deeeeh….!

Seperti lagu Ridho Rhoma—Menunggu, kami pun tetap menunggu walaupun cuaca udah mulai mendung,hembusan angin malam yang dingin terus menerpa wajah ini.

Tiba-tiba suara yang tak mengenakkna itu kembali terdengar dari jarak radius 200 meter—degedegedeg. Ini adalah O2 yang keempat yang kami tunggu. Ternyata memang tak diizinkan Allah untuk kami berodong2 ria malam ini, soalnya yang keempat ini juga penuh bahkan sampe ada penumpang yang harus bergelantungan disisi tiang O2. Wah…gak iya neh, singkong gaul ku yang tadinya buat makan di atas O2, malah dah abis gara ku makan saat masa iddah alias masa menunggu tadi.

Akhirnya karena udah ngantuk plus dikerubungi nyamuk, angin-angin tanda mau hujan sudah mulai ngamuk.Yoda lah menanti O2 untuk hari ini cukup sampai disini dulu. Sampai jumpa diwaktu dan lain kesempatan dari studio satu Zee Zee FM, nurul pamit Assalamualaykuuuum.

To be continued..



Rabu sore, 11 Maret 2009
AKHIR DARI SEBUAH PENANTIAN

Akhirnya setelah sekian lama harapan untuk naik O2 terpendam, sore ini sepulang dari
kursus menjahit barulah terwujud.

Bercampur perasaan geli (mau ketawa aja bawaannya) dengan mantap aku panggil “Odong-Odooooooooong” dan berhentilah dia untuk mengangkut diriku sang penumpang yang istimewa ini. Dengan anggunnya naiklah diriku ke ata O2, dimulai dengan kaki kanan sambil baca bismillah dan mendarat muluslah pantatku dan terduduk mannislah di gerbong kedua O2, hanya aku penumpang yang ada di gerbong kedua bersama kenetnya.

Semua mata tertuju padamu, kurasa cocoklah slogan dari program Miss Indonesia disematkan pada diriku saat itu. Soalnya pas di atas O2 perasaanku mengatakan bahwa sepanjang jalan semua orang melihat aku, deuuu…jilbaber naik O2, deuu…cantik-cantik naik O2 begitulah kurang lebih kata orang2 yang melihatku naik O2 (woi…lebay woi!). Untung gila ku lagi gak kumat soalnya ku sempat berniat untuk melambaikan tangan ala Miss Universe kepada orang2 yang melihatku di sepanjang jalan, hahahha .

Momen yang kayak gini ni yang kutunggu-tunggu, ngobrol bareng sama kenet O2nya. Maklumlah naluri seorang penulis yang bawaannya pengen tahu dan pengen nanya tentang segala hal lagi berkibar-kibarnya kayak jilbabku yang berkibar-kibar disapa angin sore yang sepoi-sepoi.

Namanya Bang Rismar, sepertinya dia PUJAKESUMA alias PUtra JAwa KElahiran SUmatera, agak kurus, hitam manis, rambut cepak plus murah senyum. Bang Rismar salah satu kenet O2 yang kunaiki, dia bertugas di gerbong kedua (Yaelaa…bertugas? Digerbong kedua? bahasanya kayak menceritakan suasana di kereta api eksekutif gitu ya kan padahal kan nggak).

Sepanjang jalan ku berbincang-bincang renyah sama si Abang kenet. Aku menanyakan kenapa sepi penumpang di O2 yang kunaiki ini. Beliau bilang memang kalau sore agak sepi penumpang, ntar abis maghrib barulah penumpang agak ramai. Satu pertanyaan sensitive yang sempat ku tanyakan pada si Abang kenet yang tidak mau kupanggil Bang Mar ini yakni soalnya soal penghasilan perhari yang di dapat dari menarik O2 ini, dengan sumringah si Abang menjawab,” Ya…kalo lagi rezeki, Alhamdulillah pernah perhari dapat lima ratus ribu (what?, menjanjikan juga ya narik O2). Pertanyaanku berlanjut, “Lah…itu di bagi-bagi la ya bang?”. Si abang yang paginya berprofesi sebagai pengacara (pengangguran banyak acara) dan sore sampe malamnya jadi kenet O2 ini menjawab “iya, tapi setelah bayar setoran, beli solar, baru bisa dibagi tiga (kenetnya 2 orang, sopirnya 1 orang). Mendengar jawabannya aku pun ber O..O ria.

Acara talkshow dadakan yang disiarkan secara langsung di atas O2 ini sempat terhenti gara-gara dipertengahan jalan aku disapa sama anak muridku yang lagi main guli dipinggir jalan “Ummiiiiiii” teriaknya, dalam hatiku Cuma bisa ngedumel (duh, mati aku, ketahuan anak murid ni, kalo aku lagi naik O2 ). Tuh, kan satu kampong pada heboh aku naek O2. Susahnya jadi artis.

Bincang-bincang pun berlanjut, dari si Abang aku dapat informasi yang terakurat, tercepat, terdepan, bombastis, fantastis, dahsyat, bahwa O2 yang kunaiki in punya tempat pemberhentian si jalan Damar, tepatnya di rumah sang Juragan O2, sang juragan punya 2 unit O2. Trus di Medan ada sekitar 50 unit O2, tentunya dengan rute dan juragan yang berbeda-beda pula.

Tak terasa aku dah memasuki jalan bambu bentar lagi aku nyampe rumah.
Dasar akunya memang selebritis kali ya…ibu aku yang lagi santai kayak di pantai dan lagi duduk-duduk di depan konter hape adiknya, hysteria melihat aku di atas O2 (Whahaaahaaa…si Nurul naek Odong-odong). ?!!!

Tepat di depan warnet DeGaRa aku diturunkan. Dengan pe de nya aku turun (walaupun banyak pengunjung warnet yang lagi nonkrong2 di depan warnet melihatku turun dari O2). Namun aku cuek aja yang penting hasrat ingin naik O2 telah terpenuhi.
Hehey..berhasil…berhasil, Horrey!

THE END

Rabu, 01 April 2009

KALA SEPASANG ESMUD MERAJUT CINTA


Judul Buku : Menjemput Hidayah Cinta
Pengarang : Tunggul Tranggono
Penerbit : Salsabila Kautsar Utama
Tahun Terbit : 1, Januari 2009
Tebal : 484 halaman

“Setiap hamba selalu membutuhkan hidayah pada setiap waktu dan kesempatan, dalam setiap perkara yang hendak dikerjakan atau ditinggalkannya.” (Ibnul Qayyim al-Jauziyyah)

Selalu berpenampilan rapi, dari ujung rambut sampai ujung kuku, wangi, ganteng-ganteng, cantik-cantik, kerja di perusahaan bonafit dengan gaji sekian puluh juta, bergaya hidup serba wah--hedonis, kurang lebih seperti itulah penggambaran para eksekutif muda zaman sekarang.

Namun bagaimana dengan kehidupan percintaan mereka?. Apakah semulus kehidupan karir mereka yang terus meroket atau malah adem ayem saja karena keasyikan meniti karir hingga lupa cari jodoh. Atau malah sebaliknya, banyak mereka yang menghindar dari kita karena kita terlalu sulit untuk diraih. Kalaupun telah mendapatkan sang pujaan hati segalanya juga masih belum tentu pasti, belum tentu pasti jalannya akan mulus-mulus saja apalagi jika sudah ada niat untuk meneruskannya ke jenjang yang lebih serius.

Adalah Adhitomo digambarkan sebagai sosok laki-laki yang islami dan taat beribadah. Pembawaannya yang sopan, ramah, perhatian dan peduli membuat banyak orang menaruh banyak simpati. Tak ayal lagi dengan kesempurnaan yang dimilikinya: ganteng, fisik atletis, tajir, sang eksekutif muda mapan surga ini pun menjadi incaran kaum hawa.

Ternyata segala kemudahan yang dimiliki Adhitomo membuatnya tidak mudah untuk mendapatkan wanita idaman hatinya.

Hingga suatu ketika, Adhitomo yang bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta di mutasikan ke Medan.. Kota yang terkenal ‘keras’ ini ternyata mampu meluluhkan hati Adhitomo.

Corina Anastasia, gadis Medan yang berhasil meluluhlantakkan hati Adhitomo sang arjuna. Corina merupakan sosok yang sama dengan dirinya dalam hal kelebihan dan keunggulan fisik maupun kecantikan lahiriyah. Sayang seribu sayang, ada tembok tebal yang membatasi keduanya untuk bersatu. Perbedaan keyakinan antara mereka. Adhitomo sendiri pun menyadari bahwa tidak mungkin baginya meruntuhkan penghalang itu.

Sebuah novel yang menggugah dan menyentuh hati. Porosnya pada konflik batin sang tokoh utama wanita, Corina Anastasia. Corina memutuskan untuk meninggalkan keyakinan lamanya. Langkah yang ditempuh Corina juga harus berhadapan dengan resiko yang tidak kecil. Dia harus rela terbuang dari rumah, keluarga dan lingkungannya. Namun, Corina tidak menyerah. Corina yang memang cerdas mengatur pelarian dirinya mencari keyakinan barunya dengan sangat baik dan terencana. Berhasilkah mereka bersatu kembali dalam satu ikatan yang sakral dan bahagia untuk selamanya?.

Mengangkat tema kisah percintaan ala eksekutif muda cukup menarik, seringnya tema yang diangkat masalah percintaan remaja yang cenderung klise membuat pembaca bosan. Tunggul Tranggono sang penulis yang telah memasuki masa pensiunnya dari tempat ia bekerja dan masih aktif menulis diberbagai media ini mencoba mencari suasana yang berbeda.

Novel ini beliau tulis dengan maksud untuk memberikan suri tauladan bagi generasi muda khususnya agar segala pola pikir dan perilakunya senantiasa berdasarkan kepada akidah dan tatanan yang benar, khususnya saat berinteraksi dengan lawan jenis. Beliau merasakan semakin menipisnya karakter dan moral dikalangan generasi muda zaman ini.

Dari dialog para tokoh utamanya kita sedikit banyak dapat pelajaran tentang cara bergaul yang diatur dalam islam tak terkesan menggurui tapi cukup mudah dimengerti. Hanya saja Adhitomo yang paham agama saja masih suka melanggar ajaran agamanya sendiri, memang wajar manusiawi tapi, bagaimana dengan orang awam yang mengaggap itu adalah sebuah kewajaran.

Terlepas dari semua itu, novel ini mengajarkan kita untuk menjalani segala penderitaan cinta dengan ikhlas dan kejujuran hati untuk menemukan dan mendapatkan cinta sejati. Selamat membaca.